Seoea toelisannja Opa kwee soedah pindah ke sini http://tjamboek28.multiply.com/

Sunday, October 30, 2005

Pemoeda di zaman koeno (I)


INDONESIA RAYA
Kwee Thiam Tjing bertjerita
Pemoeda di Zaman Koeno
(I)
Djika kita bikin pertandingan antara tindak-tandoek anak2 zaman sekarang dengen anak2 zamansekiter 1915-1920 kita mesti akoein bahwa anak2 sekarangoendjoeken lebi banjak pengertian tentang toedjoean hidoep. 50 taon berselang kita tjoema tahoe sekolah sadja, kapan loeloesnja itoe si perkara belakang hari. Kapan ada orang toea jang tanggoeng segala-galanja. Dari di permoelaan abad ini toedjoean hidoep masjarakat di Hindia Belanda ada lebih terbatas lagi. Kalaoe bapa tani, harapannja jalah anaknja djoega mendjadi seorang tani; djika bapa priaji dalem kalangan pamong pradja, anaknjapoen diharap achirnja dapet seboetan "ndoro wedono" sasoedah sebage djedjaka ia dinas mendjadi "magang" dan via poeloehan taon sebage "ndoro mantri" dan "ndoro asten". Kalaoe kandjeng boepatiitoe mesti toeroenan. Bapa dagang anak djoega dagang. Dan kalaoe bekerdja pada "toko Belanda" soepaia bisa diangkat djadi "baba kasir", poentjak dari segala angen2. Seboetan "baba-kasir" djangan dianggep terlaloe enteng. Dalem kalangan masjarakat Tionghoa di zaman itoe, kalaoe ada djedjaka hendak di oedji lagi sekali, sesoedah lamaran via orang toeanja diterima baek, ia dengen diikoeti oleh pamilinja terdekat, diminta datang di roemah bakal mertoeanja.
Disana diroeangan depan ia diminta doedoek dipinggir medja dimana diatas terdapat beberapa kantong terisi oewang perak, seperti ringgitan, goelden, setangah goelden, 25 sen, 10 sen. Dengen dikiterin dan diawasin oleh pamili dari beberapa toenangannja, si tjalon "baba mantoe" diminta hitoeng itoe oewang pitjahan. Kalaoe saban kali bisa roepaken barisan dari 10 bidji, ini tandanja ia soedah loeloes. Dan sibakal mertoea boleh dengen bangga toetoerken pada pamili dan sobatnja bagaimana "tjing sin" pintar adanja ia poenja bakal "baba mantoe" . di belakangan medja oedjian ada terdapat djendela jang daonnja tinggal tertoetoep, tetapi di belakangan mana pasti penoeh dengen pamili prempoean dari anak gadis jang dilamar itoe. Mereka pada berdesakan oentoek tjoeri liat si bakal mantoe. Dan anak gadisnja sendiri? ia tida pernah ketemoe moeka dengen orang jang ditetepken sebage bakal soeaminja. Kendati dalem hati tentoe sadja ia ingin liat tampang moeka dari bakal pasangannja, tetapi sebage "gadis pingitan" mana ia ada itoe kebranian. Ia tinggal toendoek hadepin wadjan gorengan di dapoer seolah-olah itoe semoea tida mengenakan ia barang seoedjoeng ramboetpoen. Ini baroe dibilang "perawan simpenan" sedjati.
Aken kombali pada keadaan anak2 disekiter taon doea poeloehan, tida ada tjerita pasal "girl friend" atawa "boy friend". Baik lelaki maoepoen perempoean masing2 pada maloe kalaoe saoempama berdjalan berdoeaan sadja. Djoega mertamoe di roemah "geen kwestle van" menoeroet istilah dari Corrie poenja bapa. Ini Corrie ada gadis Belanda sekolah MULO di Malang dimana ia mendjadi kembangnja dalem hal ketjantikan. Poeloehan anak lelaki jang pernah tjoba mertamoe diroemahnja, tetapi semoea disemprot keloear oleh corrie poenja bapa jang bengisnja lebi dari setan. Tetapi kendati hidoep kami, moerid lelaki dan prempoean dari sekolahan, ada keliatan seperti terpisah sebab selaloe bergerombol sendiri-sendiri, toch perhoeboengan "asmara" ada, kendati tida terang2an seperti sekarang. Kita, silelaki, ada poenja "misje" dan dikalangan moerid2 prempoean pasti ada jang poenja teman lelaki speciaal. Djam 1 kalaoe waktoe poelang, bisa kita liat 2 grombolan. Oemoemnja naek sepeda. Jang prempoean ada didepan.

Saturday, October 29, 2005

Wild West Journalism (III - TAMAT)


(III)
Sesampenja disana, baroe saja tahoe Koen Hian berenti selakoe hoofdredacteur Pewarta Soerabaia dan diriken ( dengen beberapa kawan lain) soerat-kabar "Soeara Poeblik" di djalan Gresik. Ia minta saja doedoek sebage redacteur. Zonder pikir padjang dan zonder tanja condite apa2, saja terima tawaran itoe dan pindahlah saja ke Soerabaia. Makloem itoe waktoe masih boedjangan dan tida pikoel tanggoengan terhadap orang toea maoepoen pamili jang semoeanja ada "in goede doen" menoeroet tjara Belandanja. Bermoela Soeara Poeblik dapet samboetan baek sekali, teroetama dari pihak pers Belanda, seperti Soerabajasch Handelsblad dan Indische Courant jang redactienja memang kenal kami, poen contract advertentie mengoembirakan; dari apa jang itoe waktoe diseboet "The Big Five" seperti Borsumy, Hagemayer dan sebagenja kami terima ratoesan riboe regel advertentie. Tetapi sesoedah kenjataan "boroknja" warnanja dan sikap kami jang tida soedi maen noen inggih, kandjeng sadja, malahan sering kali berani hantem jang dipertoean dimana kamirasa kami berada dipihak benar, lantas berobah sikap itoe, contract advertentie tinggal contract, karena baroe dibajar kalaoe advertentie nja soedah dimoeat, boekan? Bermoela kami terbit 10 lembar dari mana dengen 6 lembar dengen advertentie besar. Borsumy sendiri minta satoe lembar penoeh. Tetapi sasoedah terang jang kita tioep itoe boekan lagoe "Wilhelmoes" hanja lagoe "Indonesia raja", soerat-kabar kami moelai hidoep sene-kemes. Kalaoe didatengin colporteur kami, selaloe dibilang belon ada barang baroe jang mesti diperkenalken. Kami maloe boeat oedjoekin kenapa pada2 lain2 soerat-kabar ada dimoeat advertentienja, djadi dengen menboesoengken dada kami tjoba pertahankan hidoep kami dari advertentie si A kong jang djoeal katja-mata jang tjoema bajar virj goelden sadja satoe kali moeat. Pabriek rokok "Nitisemito" dari Koedoes dan poen pernah moeat advertentie rokoknja, teroetama diwaktoe ada gelombang "swadesi" dikalangan kaoem pergerakkan. Tapi biar bagaimana soesah djoega hidoep kami, toch kami tida aken oendjoeken itoe dihadepan oemoem. Kendati kadang2 kantong kempes, toch kalaoe keloear tetep pake dasi, djas dan topi.
Trouwens di waktoe itoe semoea pake djas, kalaoe tida pake dasi tentoe djas toetoep. Tida seperti sekarang, maen tjoel-tjoelan2 kalaoe menoeroet istilah dahoeloe. Tjoema sadja kebanjakan pake sepeda, djarang jang naek toeroen Aoeto. Kalaoe masoeknja advertentie djoesteroe itoe djantoengnja soerat-kabar. Di Soeara Poeblik makin lama makin sedikit sebaliknja djoemlah pers-delict jang mesti kami beriken tanggoeng djawab datangnja tida ada poetoes-poetoesnja. Saja sendiri mesti tanggoeng 9 delict karena toelisan saja sendiri. jang mendjadi poepoek dari soeboernja delict2 begitoe jalah itoe artikel 161 bis dan ter jang kesohor. Belon toelisan saja boeat mana kita telah sediaken apa jang diseboet "Zit redacteur" redaktoer boeat Zit, boeat doedoek dalem boewi. Sebab djika saja sendiri jang mesti tanggoeng djawab, pasti sedikitnja dihoekoem berat sekali. Boeat djadi Zit redacteur ada amat gampang. Tida perloe kepandean sekolahan, pengetahoean oemoem jang laen2 nonsen lagi. Jang diminta tjoema kebranian boeat akoein kesalahan jang boekan ia berboeat. Oemoemnja Zit redacteur kami diambil dari "anak kapasan" Soerabaia jang menerangken dimoeka pengadilan bahwa ia jang terima copy toelisan jang djadi delict itoe pada Zettery, karena waktoe itoe Zettery minta copie boeat dizet karena semoea copie soedah habis, ia ambil sadja copie jang ada dimedja redaktoer dan bawa itoe ke Zettery. Ia tida tahoe apa artinja toelisan itoe, poen tida mengarti effect dari apa jang ditoelis sebage tjontoh ada ini kadjadian.
Ditaon 1925 tanah Atjeh tarik penoeh perhatian karena pendoedoek berontak. Tiap hari Soerabajasch Handelsblad dan Indische Courant toelis "we mooten die sloebers en djahata maar doodschieten" katanja (kita mesti tembak mati sadja itoe badjingan dan pendjahat). Dan karena soedah bosen dengen njanjian begitoe, satoe waktoe saja bales di Soeara Poeblik begini : perbedaan antara sloebers dan djahat jang haroes ditembak mati dan vader des vaderland tjoema geografisch sadja. Prins Willem van Oranje (de groote Zwijger) ada vader des vaderland dimoeka matanja orang Belanda. Tetapi boeat Philips ke 11 dari Spanjol ia djoega ada sloebers dan djahat jang haroes ditembak mati itoe poetera2 Atjeh berontak karena maoe Merdeka, sebab didjadjah tida eank. Belanda sendiri mengakoei tida enaknja itoe. Boekitnja dalem boekoe Hikajat ada diseboet pasal "tachtig jarige oorlog" (80 taon perang) boeat lepasken diri dari belenggoe pendjadjahan. Tetapi ini toelisan masih belon dianggap seberapa salah. Jang bikin Zit redacteur digandjar 1 taon pendjara jalah moto jang toelis diatasnja jang berboenji begini:
Als ik eens een Atjeher was,
Hoe zou mijn rentjong spreken!
Als ik eens een Atjeher was,
Mensenbloed zoe aan mijn klewang kleven!
.......boeshet.... deh kalaoe Soeharto denger pasti ilang deh Opa
kalaoe saja orang Atjeh,
bagaimana rentjoengkoe berbitjara!
Kalaoe saja orang Atjeh,
Klewangkoe akan basah dengen darah manoesia.
(TAMAT)

Wild West Journalism (II)


(II)
Ketika paling belakangan saja datang ke Soerabaia banjak diantara sobat2 soedah ada jang djalan dahoeloe. Saja insjaf, poen saja sekarang berada digaris depan. Tetapi soal mati dan hidoep berada dalem tangan Toehan jang Maha Esa wa`llahoe a`lam bissawab! Ada jang masih moeda, sehat, segar boegar saat ini dan saat kamoedian tamatlah hidoepnja di doenia. Ada djoega kawan saja dari taon 1920 di waktoe sama2 masih moeda, badannja soedah koeroes kering, poenja penjakit astma kronis, hingga napasnja kedengeran seperti engsel pintoe jang karatan dan tida dikasih minjak, sekarang tambah bongkok lagi en toch masih hidoep masih bisa gelak ketawa ketika ketemoe saja.
Ia tanja apa saja masih soeka maen maki2 di soerat kabar? Saja terangken padanja, kalaoe seorang dimaki di soerat kabar oemoemnja ia mendjadi marah, gelisah, patah hati, tegesnja menderita. Dan karenaadanja ini penderitaan lebi doeloe dosanja dikoerangin. Dan saja sebab kasih djalan orang itoe koerangin dosa, poen dosa saja dikoerangin sebage tanda djasa terhadap sesama! Semoea pihak sama2 oentoeng boekan?
Ditaon 1932 di Soerabaia ada didiriken Partai Tionghoa Indonesia (P.T.I.) dengen Koen Hian sebage ketoea, saja penoelis dan Mr Ong Lian Kok sebage bendaraha. P.T.I mengkoe dirinja ada orang Indonesia. Dalam rapat oemoem jang diadaken di Gedong Nasional Indonesia (GNI) di Boeboetan Soerabaia ada dengen djelas terangken bahwa saja ini orang Indonesia ketoeroenan Tionghoa. Soedah toedjoeh toeroenan keloearga saja ada disini, djadi dewasa, anak beranak, toea mati dan dikoeboer disini djoega. Djadi oentoek kami tida bisa dihoeboengken dengen pelantoen anak2 jang berboenji :
"Otok-otok boenjinja tokeh; Tjina mondo bilangnja singkeh". Kalaoe mondok sampe toedjoeh toeroenan itoe soedah tida bisa dibilang mondok lagi boekan ? kontan diesok harinja koran2 jang tida setoedjoeh dengen haloean PTI (kebanjakan koran Belanda jang direct tjap PTI sebage Communist, katanja dan djoega ada koran Tionghoa-melajoe jang maoe djadi lebi Belanda dari Belandanja sendiri, golongan Chung Hua Hui). Maki dan tjatji saja habis-habisan. Tan Tek Ho dari Sin PO editle djawa timoer dan terbit di Soerabaia namaken saja "Tjina Gila jang maoe djadi Hwana". Ia tanja apa saja soedah di "soenat"? saja djawab di "Soeara Poeblik" hal saja soedah di soenat atawa belon, ini saja soedah loepa. Tjoba penoelis tolong tanja sadja pada istrinja. Malem itoe djoega sekiter djam 10 liwat, Tek Ho gedor roemah saja boeat tanja apa maksoed saja dengen soeroeh ia tanja pada istrinja apa saja soedah disoenat atawa belon. "Loe anggep apa bini goewa? Treak ia dengen marah. Saja tida pedoeli kalaoe ia tida terima tjoema djangan berlaga dalem roemah saja. Tjari sadja tempat dimana kita bisa saling hantem. Ia setoedjoe dan begitoelah kami keloear dan disatoe tempat kosong di Pasar besar di belakang gedong Raad van Justitie (jang sekarang soedah lama dibongkar mendjadi taman pahlawan) kita landjoetken "polemik" kita dengen saling djotos, tendang, djegal dan piting. Dalem "seni" matjam ini memang saja soedah berlatih moelai dari doedoek dikelas satoe dari EELS di Malang diantara anak2 Belanda totok jang maki saja sebage "tjina loleng, boentoette di goreang" dalem oesia 30 taon lebi banjak dapet kenjataan masih "boleh" napas saja dan baek toendjekan dan bantingan masih tjoekoep mantep dan gesit. Tek ho sendiri bebadan tegep dan sama oesianja. Sasoedah saling hadjar hampir setengah djam lamanja, achirnja kami dengen napas senggal2 berenti dan kasih tangan, kedoea pihak soedah merasa poeas, Tek Ho antar saja poelang, sebage tanda mata dari "debat" itoe saja poenja mata kanan bengkak dan biroe, bibir bawah pitjah. Tek Ho hidoengnja tambah ambles dan djidat serta djanggoetnja pada loeka karena dibanting ke tanah. Belon terhitoeng rasa sakit di badan dan iga. Tetapi digoenggoeng total djendralnja stand djadi seri; kedoea pihak sama2 poeas. Dan ........ merasa kawan lagi, ini bagoesnja tjara tempo dahoeloe. Tetapi diambil oemoemnja hidoep kita lebi soekar dari pada apa jang kami tondjoelken didepan oemoem. Lebi soekar teroetama dalem kaoewangan.
Ditaon 1921 Koen Hian mendjadi hoofdredacteur Pewarta Soerabaia dan saja pembantoe tetep di Malang. Tiap hari saptoe saja toelis "tjorat-tjoeret" dengen nama pandengan TJAMBOEK BERDOERI. Mendadak ditaon 1923 Koen Hian kirim kawat pada saja minta lantas datang di Soerabaia.

Thursday, October 27, 2005

Wild West Journalism (I)


INDONESIA RAYA
Kwee Thiam Tjing bertjerita
Wild West Journalism
(I)
Dibanding dengen persoeratkabaran di taon 1920/1930 keadaan pers kita disini boleh dibilang tenterem sekali. Tadjoek rentjana ditoelis dengen objektif dan kalaoe kadang2 kepaksa menjinggoeng, tjara menjinggoengnja djoega haloes. Perbedaan begitoe anatara dahoeloe dan sekarang bisa dimengerti; kapan doeloe pemerentah asing dengen segala kepintjangannja jang berkoeasa atas kita. Karena terlaloe sering terdjadinja bentrokan2 begitoe, pribadinja si djoernalist djoega ikoet berobah. Persis seperti jang bisa diliat di Wild West film. Ada sedikit alesan sadja, pistol dan revolver di tjaboet dan peloeroe2 tjari mangsanja di segala djoeroesan. Tjoema tentoe sadja apa jang kita hamboerken boekan peloeroe, tetapi makian2, makin kotor makin disoeka. Malah kotor masoek golongan "swaargeschut", kata Zentgraaff. Djoega oleh pembatja jang sedikit banjak ketoelaran. Soerat kabar jang soearanja "melempem mamboe dem" tida disoeka oleh mereka. Oempama Berretty dengen ia poenja "de Zweep", O!, satoe kali ia hantem, ia hantem betoel tida perdoeli Kandjeng Goebernemen atawa Kandjeng toean manapoen, Wijbrands Zentgraaff, Lievegoed dan laen2 semoeanja idem. Dalam pers kita jang tergolong sebage tjabang atas dalem kesenian maka bisa ditjatet : Hauw Tek Kong, Kwee Hing Tjiat, Gondojoewono, Liem Koen Hian, Injo Beng Goat, Kwee Kek Beng, Sijaranamual (Joenoes), Soedarjo Tjokrosisworo, Tjindarboeni dll. Dan kalaoe saling bantah antar doea djago pena begitoe tida bisa diberesken dalem batas garis kolom soerat kabar, kebanjakan lantas ditjari garis kolom jang lebi loeas, jaitoe tanah lapangan.
Dan disana mereka saling geloet, saling tondjok, saling banting, habis ini, saling kasih tangan dan saling mendjadi kawan kembali ini adalah "eere code" zaman itoe, pembatja. Djoega tjara hidoep kami ada laen, dahoeloe kalaoe kita keloear roemah, pasti djas dan dasi serta topi tida ketinggalan. Beda dengen sekarang jang dandanannja, kalaoe menoeroet istilah sebelon perang, dinamaken "tjoel-tjoelan".
Saja tida tahoe bagaimana pandangan hidoep saoedara2 djoernalist zaman sekarang. Tetapi di zaman saja, kami tida begitoe poesingken kesedjahteraan roemah tanggga. Koerang sedikit atawa lebih sedikit dalem soal oewang belandja, ini boekan soal jang meminta pikiran kita terlaloe banjak. Kalaoe ada banjak dipake banjak, djika sedikit djoega sedikit. Dan kalaoe satoe waktoe habis sama sekali, dompet kawan selaloe tinggal terboeka, seperti djoega dompet kita bila ada kawan jang memerloekennja. Sebenernja sikap hidoep begitoe ada keliroe, tetapi pada oemoemnja kaoem djoernalist itoe kebanjakan pemboros. Ada djoega satoe kawan djoernalist jang mendjadi satoe ketjoealian diantara kaoem penoelis. Sekakernja boekan maen, merokok ditaker, kalaoe makan bersama-sama selaloe bajar sendiri apa jang dimakan atawa diminoem. Belon pernah ia berani traktir kawannja, tetapi kalaoe ditraktir, maoe.
Sebage djoernalist ia masoek golongan kelas nol; paling2 tjoema bisa isi roewangan kabar kota dengen kantor polisi sebage soembernja. Seringkali kawan itoe dinasehatken oentoek bekerdja sebage klerk sadja; siapa tahoe satoe waktoe ia aken mendjadi "ba-bekaoer" (boekhoulder). Ia tida ada bakat boeat mendjadi djoernalist. Tetapi ja apa maoe dikata? Ini wepenbroeder terlaloe bangga dengen ia poenja perskart.
Pada soeatoe hari, selagi iseng Koen Hian dan saja pergi ke toko Onderling Belang di Gemblongan Soerabaia. Zonder maksoed tertentoe, tjoema boeat liat2 sadja. Apa maoe sesoedah liat ini dan itoe achirnja kami sampe dibagean jang di djaga oleh satoe nona Belanda Indo jang tjantik dan menarik sekali. Dasar namanja golongan pemoeda (waktoe itoe), jang tida bisa liat rok berkibar sedikit sadja, kami moelai pasang omong tentang barang2 jang didagangkan dan achirnja Koen Hian tanja poekoel berapa toko toetoep dan apa si nona maoe diadjak djalan2. sebaliknja dari kasih djawaban, nona itoe mendadak lari kabelakang. Kamoedian ia kaloear lagi dengen di ikoeti oleh seorang Belanda jang tinggi besar.
Barangkali ia poenja sep. Meliat kami, dari djaoeh ini Belanda soedah maen betereak dan toeding2 "Neen, neen zijgaat niet uit! En vooral niet zo`n soort als julie!" (tida, tida! Ia tida aken djalan2 dan teroetama tida dengen orang2 sematjam kamoe!). Sesampenja dikami Koen Hian mendekati itoe Belanda jang seperti kalap, dengen sikap seperti hendak damaiken. Ia maen pegang orang poenja lengan tangan bagean atas seraja bilang tentang "misverstand"(salah sangka) dan sebagenja. Itoe Belanda makin beringas. Mendadak Koen Hian beriken ia satoe tojoran jang tepat kena moeloetnja jang besar. Itoe Belanda djatoh doedoek dengen moeloet berdarah. Ia bangkit poela; Koen Hian soedah sedia, tetapi sebaliknja dari itoe ia balikin badannja dan teroes masoek kekamarnja lagi, kami dengen enak menoedjoe kaloear dan toenggoe didepan toko apa jang sekiranja hendak dilakoeken oleh itoe Belanda jang sombong. Kita sedia boeat segala boentoetnja, tetapi tida ada aksi atawa dateng polisi.
Dalem perdjalanan poelang saja tanja Koen Hian ia bermoela maen pegang2 orang poenja lengan atas "goewa maoe kir doeloe spiernja. Ternjata lembek seperti godir. Djadi goewa tojor sadja!".
Taon 1924 di Soerabaia masih terbit satoe soerat kabar lama, jalah "Bintang Soerabaia". Jang paling toewa ada "pewarta Soerabaia" (1905), jang asal moelanja dipimpin oleh Kommer, seorang Belanda jang djoega mendjadi bapa kebon binatang di Soerabaia. Kommer moelai piara binatang2 sebage kesoekaan dan baroe belakangan ia operken pada "gemeente" Soerabaia baik jang "Pewarta" maoepoen jang "binatang" tentoe sadja tjara mengarangnja stijl koeno. Hal mana ditjeritaken oleh orang jang mempoenjai tjerita...... begitoelah oemoemnja rentjana2 dimoelai. Kalaoe menoeroet oekoeran sekarang, pembatja bisa keboeroe tidoer setengah djalan. Tetapi jang tarik perhatian, jalah bermoela soerat2 kabar itoe dipimpin oleh... Tjina Betawi. Karena di Djawa Timoer waktoe itoe tjina jang bisa melajoe Betawi ada djarang sekali dan djoesteroe melajoe Betawi dianggap sebage jang paling enak di batja atawa didengar. Oemoenja "Tjina Djawa" melajoenja dikatakan kasar dan koerang moerni. Ditaon 1924 saja bekerdja dalem redaksi "soera poeblik" jang dipimpin oleh Liem Koen Hian. Pada soeatoe hari oleh Tjoa Jan Hie, kepala tata oesaha soeratkabar kami (administratoer namanja doeloe) dibawa mertamoe boeat beladjar kenal diroemahnja pemimpin redaksi "Bintang Soerabaia" jang tinggal di Gombong sajoeran. Djarang diantara kita jang tinggal dikampoeng Belanda waktoe itoe. Ini hoofdredacteur ada tjina Betawi, Phoa Tjoen Hway, tetapi karena ia djadi Belanda staatsblad, maka namanja ditoelis Th. H. Phoa djoenior, soepaia bisa dibedaken dengen kakaknja, Tjoen Hoat. Jang djoega mendjadi Belanda anderhalve pop ( satoe setengah goelden, oewang kertas segel diatas nama ada disahken beslitgelijkstelling). Namanja ini kakak ditoelis sebage Th. H. Phoa senior, ia djoega bekerdja sebage djoernalist jang paling belakangan sebage hoofdredacteur Sin Tit Po Soerabaia, pendjelmaan dari Sin Po Ost Java editle. Laris apa tida tjina betawi?
Haroes diakoei toean roemah terima kedatengan kami dengen tjoekoep ramah tamah, disoegoei teh dan biskoewit. Tjoema jang bikin djengkel saja si djoenior poenja sombong. Ia pikir tjina djawa bisa dimaen seroedoek sadja oleh tjina betawi. Mereka anggap diri sendiri menpoenjai tjoekoep banjak "geestelijk overwicht" (kelebihan kepandean djika maoe disalin setjara merdeka), hingga djoernalist jang baroe moentjoel seperti saja dianggap sebage boeloe kalong jang dengen gampang bisa ditioep poelang pergi menoeroet sesoekanja jang tioep "soedah 20 taon owe bekerdja sebage djoernalist! Katanja "Boeat ko Thiam Tjing jang baroe moentjoel masih lama sekali haroes beladjar tjara bagaimana soesoen seboewah karangan jang sekiranja berharga boeat di batja". Kalaoe pembatja djadi saja merasa enek apa tida? Ketika balik di "soeara poeblik" toelisan pertama saja tik beroepa gamparan bagi si Djoenior, pada siapa kasih ini nasehat, satoe kerbaoe jang tarik peloekoe 20 taon lamanja ia tetap tinggal satoe kerbaoe dan tida bisa meloengsoengi sebage petani. Pada Jan Hie belakangan ini djoenior bilang : "Thiam Tjing itoe tjina apa? Datang roemah Owe diterima dengen baek, sampe dikantornja Owe digasak habis2an". Ini permoelaan dari clash saja dengen djoenior dan belakangan senior ikoet2an djoega. Doea, senior dan djoenior roepanja goenaken krojokan sjstem. Dan tentoe sadja si senior djoega dapet bageannja. Menoeroet tjara dahoeloe, tarik oerat begitoe bisa mendjalar sampe saling "odol-odolan". Apa jang bisa dirogoh keloear, isi kantong , isi peroet, isi apa sadja. Dan pembatja? Pembatja dengen keloearga dapet kesenengan hati sepoeas2nja. Dan tjoema bajar 20 sen sadja tiap soerat kabar terbit. Oewang langganan doeloe anam goelden.

Sunday, October 23, 2005

“Nederland in Nood” (II_TAMAT)

(II)
Asistent Resident sendiri dengen separo lari keliatan mendatengin. Sementara orang jang tadinja dikira djoega seorang tjina keliatan naek dikerosi sembari pentangken benderanja sebesar sapoetangan didada "Djapan" ia bilang dengen tenang. Keadaan mendjadi sirap waktoe liat asistent resident, itoe orang Djepang toeroen dari kerosinja dan datang padanja seraja protes perboeatan orang sebawahannja jang maen tendang-tendangin medja djoedi.
Kalaoe permaenan djoedi dilarang, kenapa baroe sesoedah liwat 5 malem. Dan kalaoe kamoedian dilarang, toch larangan itoe tida perloe diberiken beroepa maen tendangin orang poenja medja. Djoesteroe kedatengan ia dan kawan2nja adalah boeat bantoe merameken pasar malem jang diadaken boeat koempoel dana bantoean oentoek Nederland. Ini semoea dioetjapken dalem bahasa "Melajoe" jang kedengarannja teges sekali, sembari tangannja toeding pada kain jang dipasang antara doea tiang bamboe dengen toelisan "Nederland in Nood! Wie helpt?".
Asistent resident keliatan berbitjara sebentar sama jang baroe ditempiling, kamoedian samperin itoe orang Djepang dengen siapa ia berdjabatan tangan sebage tanda perkara "salah mengerti" dibikin habis sampe disini sadja.
Perdjoedian "pasang djaroem" tida diadakan lagi dan itoe orang Djepang dengen kawan-kawannja Tionghoa pada berkoempoel di satoe restaoeran boeat makan minoem dengen gembira sekali.

Thursday, October 20, 2005

“Nederland in Nood” (I)


INDONESIA RAYA
Kwee Thiam Tjing bertjerita
"Nederland in Nood"
(I)
Hampir di achir taon 1914 di Eropa Barat mendadak berkobarlah api paperangan jang maha dahsjat. Nederland masi oentoeng tida kerembet, tetapi karena adanja ditengah-tengahnja, tentoe sadja djoega ikoet rasaken panasnja. Bisa dimengerti koemandang dari djeritan ini terdengar djoega di Hindia Belanda. Dimana-mana didiriken badan2 pengoempoelan bantoean dan derma dengen sembojan "Ieder cent is welkom" (tiap sen aken diterima dengen senang hati).
Dalem hal beriken bantoean tentoe sadja kota Toeloeng Agoeng djoega tida maoe katinggalan. Di taon itoe saja memang tinggal di Toeloeng Agoeng dan sekolah disana. Di aloen-aloen depan roemah asistent resident diadaken pasar malem. Boeat kami, anak2 di zaman itoe, pasar malem ada tontonan jang istimewa menariknja karena memang tida ada jang laen. Ada soenglap, ada loedroek, koeda kepang, rejok, moezik tandjidor, stamboel dan laen-laen. Belon dihitoeng banjaknja restoran dan waroeng.
Diantara begitoe banjak tontonan terdapat djoega permaenan djoedi "pasang djaroem" jang banjak sekali tarik perhatian. Di atas seboewah medja ketjil dipasang taplak jang soedah digambar dengen angka2 seperti jang bisa diliat dimedja rooelet. Ditengahnja ditaroh sematjam setandar dengen diatasnja dipasang melintang bamboe ketjil. Pada salah satoe oedjoengnja diikat benang dibagean jang menggelantoeng di atas taplak tadi terdapat satoe djaroem. Para penonton diandjoerin oentoek taro tombokannja di nomor jang dipilih, kamoedian standar dipoeter dan jang toeroet pasang dengen penoeh perhatian toenggoe di nomor mana oedjoeng djaroem itoe berenti. Karena djoesteroe dinomor mana oedjoeng djaroem itoe berenti, pemasangnja dapet kombali oewang tarohannja 5x lipet. Sama sekali ada terdapet 5 medja "pasang djaroem" begitoe semoea berkoempoel disatoe lingkaran. Keramean boeat koempoelken oewang goena bantoe Nederland dapet perhatian besar sekali dari pendoedoek dari segala tingkat dan kaoem. Europeanen, Vreemde Oosterlingen dan Inlanders, semoea djadi satoe. Boeat pembatja zaman sekarang saja pikir baik diterangkan sebentar dengen Vreemde Oosterlingen itoe (orang timoer asing) dimaksoedken pendoedoek Arab, Tionghoa, India dan sebagenja. Kalaoe diwaktoe itoe andai kata dari fihak kita ada jang kemoekaken boeat ganti perkataan Europeanen dengen Vreemde Oosterlingen saja rasa boemi seperti hendak maoe ambles, begitoe heibat meledaknja hawa moerka fihak "sana". Tetapi pembatja tida oesah koeatir, tida ada moerka jang meledak karena tidak ada kadjadian jang begitoe. Fihak "sana" masi sedang djaja-djajanja, fihak "sini" adem, tentrem, ajem dan nerimo. Satoe soeasana jang ideal boeat kolonisatie.
Akan balik pada pasar malem, soedah 5 malem semoea berdjalan dengen menjenangkan. Penonton dateng dengen berdoejoen-doejoen, ketika mendadak terdjadi satoe hal jang saja anggep pantas dikenang disini. Kendati itoe kadjadian soedah 57 taon jang laloe. Dari djoeroesan roemah asistent resident ada keliatan mendatangin seorang lelaki Belanda jang masih moeda dengen di iringin oleh "ndoro" dono kota. Ia pake pakean preman, tetapi dari halnja ia di-ikoetin oleh wedono kota, ia sedikitnja ada Kandjeng Toean Kontelir.
Kedatengannja Belanda moeda itoe pasti dengen toedjoean tertentoe, karena ia langsoeng pergi kebagean "pasang djaroem". Sasampenja disana zonder oetjap barang satoe patah, ia maen tendang itoe 5 medja "pasang djaroem". Penonton pada betereak dan moendoer ketakoetan, itoe kawanan orang tjina jang oesahakan permaenan "pasang djaroem" pada siboek koempoelin doeitnja jang tersebar dimana-mana karena medjanja ditendang. Tetapi apa jang tadinja dikira tjina ternjata tida semoeanja. Satoe dari mereka tida perdoeliken lagi medjanja, tida perdoeliken doeitnja jang tersebar. Ia dengen tindakan mantep samperin itoe orang Belanda jang tadi obral tendangannja.
Ketika soedah sampe dihadepannja, tangan kanannja sebage kilat tjepatnja bergerak dan itoe pipi kirinja Belanda terima gamparan jang keras djoega. Kalaoe ditilik dari soeara itoe tempilingan datang. O, pembatja zaman sekarang tida bisa bajangken itoe semoea. Ambroeknja belon tentoe bisa bikin aloen-aloen djadi begitoe gempar seperti waktoe itoe. Kandjeng Toean Kontelir ditempiling? Ja Toehan! Ja Goesti!.

Iboe (II-TAMAT)


(II)
Sesampenja dihadepan iboe saja berloetoet dan tjioem ia poenja kedoea loetoet. Tida barang satoe perkataan jang dioetjapken olehnja; tjoema matanja sadja jang teroes padang saja dari atas sampe bawah, tiga empat kali tangannja oesap2 kepala goendoel saja , kamoedian dengen gerakan tangan ia soeroeh saja doedoek di bangkoe depan, persis menghadep ia. Iboe tida perhatiken siapa sadja jang berada disekiternja; ia tjoema pandang saja moelai dari kaki ajam sampe pada kepala saja jang goendoel. Ini kepala goendoel memang satoe koeadjiban; ketika ramboet saja mesti di "millimeter" saja sengadja minta ditjoekoer. Ingin tahoe bagaimana rasanja. Sedari ketjil saja soedah tida pernah ditjoekoer goendoel "lagi". (berarti Opa pernah dikoentjir nah.... ketahoean hehe)
Kasoedahannja, batoek pilek sampe satoe minggoe lamanja, boeat hiboerken hatinja, saja toetoerken padanja seriboe satoe tjerita, sampe poen si Gareng jang kebetoelan lewat, saja tjangking sekali. Tetapi semoea itoe tida digoebris oleh iboe; ia poen tida tanja apa2 tapi dari matanja jang teroes mengembeng aer, saja tahoe bagaimana sedih dan perih hatinja waktoe itoe.
Iboe saja ada seorang jang beribadat zonder menganoet agama jang tertentoe. Tiap pagi dan malem ia biasa menghadep langit (Thian) dan memohon ampoen dan pentoendjoek dari Tuhan jang Maha Esa. Kamoedian ia sodja 12x. Saja bisa bajangken bagaimana pengharepannja atas diri saja, sebage anak lelaki jang pertama, jang diharepken bisa mendjadi senderan di hari toeanja; ia selaloe memohon agar saja bisa diparingi pikiran baek dan didjaoehin dari segala perboeatan djahat. Ketika saja diterima sebage moerid dari "Eerste Europese Lagere School di Malang" (satoe hal jang loear biasa boeat taon 1907) girangnja Iboe saja tida ketoeloengan. Ia harep anaknja besok, karena bisa bitjara Belanda aken dapat kadoedoeken jang loemajan dalem pergaoelan hidoep. Ia soedah bajangken satoe waktoe ia aken bisa ramalken anaknja mendjadi "toean Sep" dari satoe kantor dagang Belanda jang besar. Lantas menikah, ia bisa pangkoe tjoetjoenja jang pertama. Bagaimana bahagianja adanja Ia! Tetapi sekarang, itoe semoea impian, itoe semoea pengharepan hilang moesna. Jang ketinggalan, jang ia bisa liat dengen teges, jalah anaknja sebage orang perantean didalem pendjara. Dan jang tida lama lagi aken di "boewang ke Betawi". Dari poentjak boekit jang indah dan permai dibanting djatoh masoek dalem djoerang penoeh loempoer.
Sebisa-bisanja saja tjoba hiboerkan iboe saja dengen bilang, djangan sedih, toch lagi beberapa boelan saja soedah merdeka lagi. Masi sadja iboe tinggal boengkam. Gelas dari katja-matanja keliatan amat boeram karena aer mata. Saban2 ia kepaksa gosok katja itoe dengen goenaken oedjoeng kebajanja, sebab sapoe tangannja basah semoea.
Ketika djam mertamoe soedah habis, kombali saja berloetoet dihadepannja dan merangkoel serta tjioem loetoetnja. Tiga empat kali tangan iboe oesap2 kepala saja, kamoedian dengen tepok poendak saja ia soeroeh saja berlaloe. Sembari menangis sesenggoekan, ia remas2 tangan saja. Ketika saja berlaloe, Iboe masih doedoek di bangkoenja. Sembari teroes awasin anaknja jang sebentar lagi aken hilang dari pemandengannja sebab dialing-alingin oleh tembok gang jang menoedjoe sel saja. Waktoe hendak membiloek, saja berenti dan berpaling kedepan dan lambaiken tangan pada Iboe jang masih doedoek seperti terpakoe di bangkoenja. Ketjintaan soeatoe Iboe memang tida mengenal batas!
(TAMAT)

Iboe


INDONESIA RAYA
Kwee Thiam Tjing bertjerita
Iboe
(I)
Dipermoelaan boelan Djoeli 1926 saja disoeroeh dateng dikantor directeur pendjara Kalisosok. Sesampenja disana soedah ada menoenggoe griffier van Justitie jang dengen resmi batjaken pada saja, atas nama Sri ratoe, sasoedahnja, mendengar dan seteroesnja, menimbang dan seteroesnja,achirnja soedah diambil poetoesan, hoekoeman2 jang didjatohken oleh Landraad Soerabaia pada diri saja boeat mana tadinja saja minta naek banding, semoeanja ditolak dan hoekoeman2 Landraad dikoeatken. Jang mana berarti saja mesti djalanin habis hoekoeman 3 boelan dan 6 boelan pendjara, semoea direken moelai tahanan preventif. Boeat penerangan pembatja, kalaoe seorang hoekoeman statoes Inlander naek banding dipengadilan jang lebih tinggi dalem hal ini Raad van Justitie, jang dikirim soerat2nja sadja dan poetoesan djoega diberiken atas pertimbangan boenjinja sorat2 itoe. Orang jang bersangkoetan tida perloe oendjoeken diri.
Karena naek banding saja soedah di poetoesken, maka kebrangkatan saja ke pendjara Tjipinang haroes dilakoeken selekas moengkin. Ja itoe dipertengahan boelan Djoeli. Oleh "Koen Hian" orang toea saja dikasih tahoe tentang ini dan di hari Minggoe penghabisan jang saja masih boleh terima tetamoe di Kalisosok ada datang disana..............Iboe saja. Dengen diantar oleh sanak pamili terdekat Iboe saja...... Iboe jang belon pernah koendjoengin saja dalem pendjara karena, tida tahan liat anaknja jang ditjintai sebage orang perantean. Sedari saja ditangkep pada tanggal 3 Djanoeari 1926, setahoe berapa banjak malem ia pasti tida bisa tidoer; setahoe berapa banjak aer mata jang dikoetjoerken sendirian dikamarnja. Saja tahoe sebage anak lelaki jang soeloeng menoeroet tradisi jang berlakoe di kalangan masjarakat Tionghoa zaman itoe, saja jang paling dimandjakan, paling diagoel-agoelken, kendati menoeroet pendapat saja, tida ada barang satoe alesan kenapa saja mesti dibedaken dengen saoedara2 saja jang laen. Poetoe lelaki jang pertama dari pihak nenek, anak lelaki jang pertama dari sang Iboe. Dan sekarang mendjadi perantean. Habislah segala impian dan angen2 jang pernah dikandoeng selagi menoenggoe saja mendjadi dewasa. Moengkin bisa mendjadi dokter, djadi kepala dari peroesahaan dagang jang besar; setida-tidanja bekerdja sebage "sep" dari toko Belanda. Makloemlah bates pengharepan orang toea zaman itoe tida begitoe loeas seperti adanja apa jang bisa ditjapai oleh generasi moeda zaman sekarang. Dalem kalangan pamili saja, masi hidoepnja kaoem toea, tradisi "koeno" menoeroet istilah sekarang, masi di djoengdjoeng tinggi.
Oempama dalem peraja`an Imlek, kaoem moeda masi selaloe "sodja-koewi" 12x dihadepan orang toea dan sanak jang setingkat dengen mereka. Dan menoeroet kebisaan dalem oepatjara begitoe sajalah jang mendahoeloein sebage poetoe dan anak lelaki jang pertama, jang tertoea. Baroe disoesoel oleh jang laen, jang lebi moeda. Tetapi ditaon 1926 orang toea saja menangis terima pemberian selamat Imlek dari anak2 jang laen. Karena anak harepannja berada dalem pendjara. Djoega waktoe menikahnja saja poenja doea saoedara prempoean, pasti iboe dan ajah saja mandi aer mata. Dan sasoedahnja alamken itoe semoea penderitaan, di hari Minggoe itoe kombali Iboe saja alamken siksaan bathin jang heibat dengen datang sendiri ke pendjara boeat tengok, boeat pertama dan penghabisan kali poeteranja jang "katanja maoe diboewang Belanda di Betawi". Ajah tida ikoet; maoe liat berangkat saja sadja. Selagi di hari Minggoe itoe saja dihantar ke depan di bangkoe2 boeat bagean tetamoe, masi ada di "gang" dari djaoeh saja soedah liat Iboe saja. Ia doedoek lempang dibangkoenja; tida bergerak barang sedikit. Matanja teroes ditoedjoeken kepada saja jang mendatengin dengen pakean perantean. Telandjng kaki, tjelana kolor, tida pandjang tida pendek; berbadjoe gedombrangan, kepala goendoel dengen ikat kepala dikaloengken di leher sadja.

Wednesday, October 19, 2005

Tetap Bodoh Lebi Baik (II-TAMAT)

Add Image
(II)
Anak2 dahoeloe, bila dibandingken dengen anak2 generasi sekarang, masih golongan tjebol, kuntet, dan kebanjakan koeroes2 sadja. Sikap mereka sedikit banjak oendjoeken sikap rasa takoet. Apa lagi djika berdekatan sama orang2 Belanda, lebi takoet dari pada seoempama berdekatan sam setan pedjadjaran. Ini semoea memang hasil dari pemandengan hidoep dan pendidikan. Apa djoega jang bisa diharep dari anak2 jang orang toeanja tjoema bisa djongkok dan sembah sadja, tjoema bisa mendjoerah dalem sekali sampe koentjirnja via poendak menggelantong di depannja sasoedah di perdom poelang pergi. Tida ada pergerakan badan, tida ada vitamin A sampe moengkin Z, tida ada makanan istimewa seperti sekarang. Jang ada "sego wadang iwah tempe" atawa boeboer dengen sedikit ketjap. Maka itoe bisa dimengerti mengapa anak2 di zaman saja ada dibawah oekoeran dibandingken dengen anak2 sekarang.
Kalaoe saja mertamoe di roemah pamili atawa diperkenalkan pada anak atawa tjoetjoe mereka, oemoemnja ini anak2 dari belasan taon ada lebi tinggi, lebi lebar dadanja daripada saja, baik jang lelaki maoepoen jang prempoean. Hasil dari makanan, pergerakan badan dan pandengan hidoep. Liat sadja orang Djepang zaman sekarang mana ada jang masih kate dan djalan mekar-mekor. Djoega sekarang tida bisa diketemoeken lagi singke jang dengen toeboehnja setengah bongkok merentang merenting tjoba tjari djalannja. Diantara tjoetjoe saja sendiri, oesia 16 dan 15 taon, mereka soedah lebi tinggi badanja dari pada saja. Rasa takoet jang didasarken atas kebodohan memang haroes lebi banjak dikasihani dari pada ditertawakan. Kendati toch ada bagean2 jang tida bisa timboelken napsoe ketawa kita. Tjoba pembatja tolong ambil tahoe tentang ini kedjadian.
Sesoedah lebi dahoeloe "toean dokter kapten" dateng di roemah boeat preksa adik prempoean ajah saja , satoe gadis dari 16 taon waktoe itoe, ia soeroeh bibi dateng diroemahnja oentoek diberi obat soentik. Obat soentik.....? Adoeh....! semoea pamili jang toea2 pada koempoel oentoek ambil poetoesan, apa baik bibi di soentik, atawa tetep minoem obat sinshe jang soedah ternjata tida "djodoh" seperti djoega dengen halnja si Pak Giman, doekoen kampoeng di Kotalama. Remboek poenja remboek achirnja diambil poetoesan boeat hantar bibi ke roemah toean dokter kapten. Ini toean dokter kapten ada dokter militer, satoe-satoenja tabib jang dimasa itoe, taon 1907, bisa didapat di Malang. Begitoelah di hari jang soedah ditetepken bibi saja, dengen diapit oleh doea pamili prempoean jang toea masing2 pada pegang lengan tangannja si bibi jang doedoek ditengah, pada naek kereta "milor" jang ditarik oleh doea koeda dengen si koesir doedoek dibangkoe depan.
Bibi keliatan doedoek dengen tondoek, boekan karena ia sakit berat, tetapi meloeloe sebab sebage "perawan jang dipingit" toch tida pantes ia maen meliat kesana kesini; Nanti orang loear aken kata apa....? dikereta kedoea doedoek nenek saja dengen disebelahnja ada iboe saja, sebage anak mantoe pertama jang dalem hal2 penting seperti pergi keseorang dokter Belanda, tida boleh ketinggalan diadjak. Dan dibangkoe depan, sebelah koesir ada penoelis dari ini kenangan jang hari itoe kombali paksa minta bolos dari sekolah. Dan seperti biasa kemaoeannja (hehe...he..) ini anak jang terlaloe di mandja (ngakoe neh jah.!), karena poetoe laki "mbarep" dan poetera "mbarep" (jang pertama) diloeloesken. Sebab "koh sahno". Sebab koh kasian dan kasian sjstem ini jang bikin saja dalem soal peladjaran mendjadi kodok boekan.....kintel boekan.
Dibelakang masih ada kereta ke tiga boeat bawa saoedara lelaki dari kakek saja jang waktoe itoe soedah lama wafat. Begitoelah rombongan kita, dengen goenaken 3 kereta masing2 ditarik oleh doea koeda "tedji". Koeda besar berangkat ke roemah toean dokter kapten, memoeloe boeat ambil obat soentik.
Rasa takoet berdasar atas kebodohan......! Gambarnja seperti jang diterangken diatas. (TAMAT)

Tuesday, October 18, 2005

Tetap Bodoh, Lebih Baik


INDONESIA RAYA
Kwee Thiam Tjing bertjerita
Tetap Bodoh, Lebih Baik
(I)
Soal peladjaran dipermoelaan abad ini, apa lagi sebelonnja, ada sanget menjedihken. Djika saja bilang sanget menjedihken, dimaksoed boeat kita golongan Inlander. Boeat golongan Nederlander tentoe ada laen; ini saja tida tahoe. Boeat apa jang lazim dinamaken Inlander ada dibediriken pesantren (atas oesaha pendoedoek sendiri); sampe lama baroe ada hoofden school dibeberapa kota jang besar; tetapi di hoofden school itoe jang bisa diterima sebage moerid meloeloe anak priaji golongan pamong pradja. Kalaoe sang bapa sedikitnja pangkatnja asisten wedana (`ndoro asten) keatas, baroe si anak (jang laki2 sadja) bisa masoek hoofden school jang dalem dasarnja ada seperti sekolah rendah biasa. Mas Tom (Dr. Soetomo) waktoe moelai masoek di Large School di Bangil bermoela djoega alamken kesoelitan boeat diterima sampe achirnja ia haroes ganti namanja mendjadi Soetomo.
Boeat `vreemde Oosterlingen jang satoe dimaksoed pendoedoek golongan Arab, ini saja tida tahoe, tetapi boeat vreemde Oosterlingen jang lain, dimaksoed pendoedoek golongan Tionghoa bermoela djoega tida ada apa2 jang mirip sama apa jang dinamaken onderwijs. Tjoema di kalangan pamili jang "atasan" anak lelaki dikasih beladjar toelis dalem hoeroef Tionghoa dan disoeroeh apalken pepatah2 peladjaran Khong Hoe Tjoe. Pembatja jang golongan toea tentoe ada jang masih inget itoe kitab "Tjoe wat hak dji tee iet" (Khong Hoe Tjoe bilang, peladjaran ada jang paling oetama).
Peladjaran diberiken oleh satoe sinshe (goeroe) jang dateng di roemah. Baroe belakangan sesoedah peladjaran mendjadi lebi popoeler sampe diloear kalangan "atasa" dan moelai mendjalar di kalangan "pertengahan", oleh sang sinshe moeridnja diterima diroemahnja sendiri. Batavia boleh bangga mempoenjai Tiong Hoa Hwee Kwan jang paling pertama ditaon 1903. di Malang sendiri Tiong Hoa Hwee Kwan diberdiriken ditaon 1915 disatoe roemah biasa di Petjinan. Saja belon pernah masoek Tiong Hoa Hwee Kwan, tetapi masih bisa bajangken mereka didepan mata. Jang mendjadi goeroe ada Lauw Kwie Hong, beroesia 40 taon keatas. Ia sebelonnja memang dikenal sebagai orang jang "batdji", tahoe tentang kesoesastraan Tionghoa. Dandanannja sepatoe tiongkok, tjelana kompriang poetih, badjoe sianho warna hitam bergemerlap, kadang2 pake kopiah, koentjir nja selaloe klimis. Belon pernah Lauw Kwie Hong berdandan serampangan seperti jang laen. Anak2 moeridnja djoega berpakean seragam, tjelana poetih dan sianho poetih dan pake topi roempoet jang diban dari kaen hitam ada di tjantolken hoeroef Tiong Hoa Hwee Kwan, dibikin dari tembaga. Koentjirnja poen keliatan di sisir klimis. Begitoe goeroe begitoe moerid!
Meliat timboelnja begitoe banjak roemah sekola, barang kali Kandjeng Goebernemen koeatir nanti alisan mereka tida selaras dengen kamaoeannja, maka kamoedian dimana-mana didiriken Hollands Chinese school (H.C.S.) dan Hollands Inlandse School (H.I.S.) di Malang HCS baroe ada ditaon 1909.
Ini dengen singkat mengenaken soal peladjaran. Dan di bidang djasmani apa jang bisa diliat tjoema nol besar. Saja dilahirken diboelan ke doea dari permoelaan ini abad. Perbandingan dimasa saja masih anak2 dengan keadaan sekarang adalah seperti boemi dan langit lapis toedjoeh. Dimasa itoe tida bisa ada bitjara pasal hiboeran ini dan itoe, kolam renang, bowling, olah raga. T.V, radio, bioscoop sampai rasanja seperti kesandoeng-sandoeng saking banjaknja.
Kalaoe maoe berenang paling2 kita berenang dikali brantas atawa ke "Djending Khong Lok", pemandian ditanah koeboeran. Di depan roemah saja di Kotalama, di sebrang djalanan ada goedang kereta-api, dibelakangnja terdapat tanah sawah jang loeas sekali, tjoema dipotong oleh rail Malang Stootram Maatschappy, jang djalannja begitoe perlahan dan kedengerannja mengkas-mengkis seperti orang jang dihinggapi penjakit astma, sampe oleh rakjat nama potongan MSM diartiken sebage "mbentoer soeseor mandek", saking ladjoenja itoe tram bobrok. Dan di sawah itoe, hanja pake "hansopp" sadja dengen kawan2 sekampoeng dapat banjak kesenengan.
Karena kita dengen bergiliran, oleh pak tani peloekoenja di perbolehkan doedoek di peloekoe di belakang si sampi. Begitoelah sampe lewat tengah hari kita main di sawah dan poelang dengen dari atas sampi bawa penoeh loempoer, atawa kalaoe lagi hoedjan, dengen telandjang boelet lari-lari di djalanan besar (jang kebanjakan sepi sekali) dengen moeloet diboeka selebar bisa boeat tadah djatohnja aer hoedjan. Tontonan tida ada, paling banjak "Ketek Ogleng" jang datang di roemah ke roemah, komedi "Tjia-im", wajang tjina dan stamboel.
Di Malang taon 1905 di roemah sekola Tiong Hoa Hwee Kwan boeat pertama kali saja pernah saksiken pertoendjoekan "gambar hidoep" (bioscoop). Di lajar poetih lebi dahoeloe tida keliatan apa2 tjoema titik hitam seperti hoedjan gerimis. Kamoedian keliatan satoe kebon dan moentjoelah nona Belanda jang bawa siraman aer. Mantjoernja aer bisa diliat teges ketika si nona toeangken siraman kebawah. Tentoe sadja semoea pertoendjoeken pendek itoe ada bisoe, tetapi halnja aer bisa keliatan mantjoernja, itoe jang bikin penonton2 pada garoek2 kepalanja. Kamoedian gelap lagi, karena pertoendjoeken gambar hidoep poen sampe disini sadja. Tetapi apa jang diliat itoe mendjadi boewah toetoer di kampoeng tjina sampe satoe minggoe lebi. Teroetama kaoem wanita jang tida bosan2nja mendengarnja, teroetama mereka jang oleh "adat pingit" memang djarang boelh kaloear roemah.

Monday, October 17, 2005

Kalaoe Bintang lagi terang (II-TAMAT)


(II)
Bitjara tentang koentjir jang oemoenja hiasan kepalanja tiap lelaki Tionghoa di zaman itoe, moelai ia sebage anak-anak berangkat dewasa sampe saatnja ia meninggal doenia (saja sendiri belon pernah pake hiasan kepala begitoe) djoega ini koentjir poenja bahasa sendiri jang tjoema bisa dimegerti oleh mereka jang paham bahasanja. Koentjir dengen benang poetih, ini tanda berkaboeng. Jang pake benang biroe, berkaboeng boeat sanak jang hoeboengannja tidak langsoeng dengen kita. Koentjir dengen benang merah artinja kegirangan, seperti waktoe menikah, taon baroe dan sebagenja. Djoega tjara si koentjir menggelantong dari batok kepala kita ada menggambarkan sifat pemiliknja. Kalaoe koentjir keliatan litjin dengen oedjoengnja dikasih masoek dalem kantong miring dari badjoe sianho jang bersih poetih, ini tandanja jang poenja tergolong pada orang terpeladjar dari kalangan pamili jang baek. Kalaoe keliatan koesoet, ini si pekerdja poenja koentjir. Tetapi kalaoe koentjir itoe dilibatken diatas kepala atawa dileher, lebi baik menjingkir kalaoe berpapasan dengen orang itoe sebab ia toekang beklai tjari setori dan toentoet penghidoepan sebage boeaia dan pendjoedi.
Djoega koentjir loekisken perasa`an jang bisa dikandoeng oleh pemiliknja di soeatoe waktoe. Saja pernah liat seorang Tionghoa jang waktoe itoe lagi di preksa oleh "twa-kongsi"(luitenant der Chineezen) jang dizaman itoe diangkat oleh Kandjeng Goebernemen djadi terang mewakili pemerintah.
"Souw Beng Kong", jang koeboerannja sehingga sekarang masih bisa diliat di djalan Djakarta, adalah "Kaptwa" (kapitein) pertama jang diangkat oleh Jan Pieterszoon Coen.
Kombali pada itoe orang Tionghoa jang berdiri di depan twa-kongsinja jang doedoek di kerosi gojang di serambi loear. Saja tida tahoe ia salah apa, tetapi dari perkataan2 keras jang di oetjapken oleh twa-kongsi, orang Tionghoa terseboet mesti lakoeken apa2 jang bertentangan dengen maksoetnja oendang2 Kandjeng Goebernemen.
Saja bisa liat ia tegas sekali karena saja djoesteroe maen diserambi itoe djoega. Twa-kongsi itoe masih ada "Tjitkong" saja. Leloehoer saja jang ketiga jang berada disini ada luitenant der Chineezen jang pertama di Malang. Semoea poeteranja diangkat sebage kapitent der Chineezen di Pasoeroehan dan luitnant di Malang. Sehingga pantasnja saja ini sebage "sia" (ketoeroenan "opsir" Tionghoa mestinja setia sehidoep semati pada Kandjeng Goebernemen boekan? Tetapi djoesteroe serangan saja pada pemerentah Hindia Belanda, itoelah jang boektiken kesetia`an saja. Dalem pertjoba`an oendjoek keliroenja perlakoean rakjatnja dengen doea matjam oekoeran saja manda keloear-masoek pintoe pendjara. Mestinja saja ini sedikitnja haroes terima "dankbriefje", betoel atawa tida? Ketika ia damprat, teges sekali saja liat itoe orang Tionghoa poenja rasa takoet, teroetama waktoe di antjem akan diadoeken hal-nja pada "kong-ja" (resident). Ia tida berani bantah barang satoe patah, hanja bagean koentjirnja dari batok kepala sampe dipoendak sadja jang bergojang-gojang, oekoeran kerasnja bagaimana ia poenja djantoeng itoe waktoe mesti memoekoel? Begini besar adanja kewibawa`an di zaman dahoeloe itoe. Jang orang Belanda (golongan indo toeroet ketjangking keatas djoega) bintangnja lagi terang-terangnja bisa djoega diliat dari ini hal. Di zaman itoe moelai poekoel 6 sore sampe pagi, djika kami (boekan golongan Belanda) maoe keloear roemah boeat soeatoe kaperloean, kami haroes bawa "teng" jang ada apinja, tanda......................................... pendoedoek jang baek. Bila tida bawa teng, pasti kita ditangkep oleh pendjaga2 gardoe jang terdapat di saban moeloet kampoeng. Lewat gardoe begitoe kedatengan kami disamboet dengen treakan "hoorda" jang haroes didjawab dengen bilang "prieng". Itoe doea perkata`an asal dari bahasa Belanda: werda dan vriend. Tetapi satoe djongos jang bekerdja pada orang Belanda, bila liwat gardoe begitoe, zonder bawa teng segala tida diapa-apain. Atas treakan hoorda ia tjoekoep bilang sadja "Londo" en klaar is kees! Terang apa tida bintangnja?
Dipermoela`an abad ini jang bisa bahasa Belanda (diloear kalangan mereka tentoenja) bisa dihitoeng dengen djari. Sedikit sekali djoemlahnja. Orang Belanda sendiri tida soeka dengar kita goenaken bahasanja bila bertjakap dengen mereka, karena perboeatan begitoe dianggap koerang adjar! Kadjadian di Soerabaia bisa diboeat sebage tjontoh. Seorang Tionghoa jang masih moeda, keloearan H.B.S. (satoe hal jang amat loear biasa boeat kalangan itoe di zaman "tjina pake boentoet") boeat satoe kaperloean penting hendak ketemoe asistent resident jang waktoe itoe lagi repot sama adaken sidang "politie-rol", sematjam "pengadilan" jang paling djelek. Terdakwa tjoema dipanggil namanja. Hakim politie-rol ada itoe asistent resident sendiri, zonder liat siapa jang menghadep dihadepannja, batja sepintas laloe dari boekoe rol tentang kesalahannja terdakwa, tangannja menggrajang martil dan kamodian......... 3 boelan! Katanja sembari martilnja ketok medja satoe kali. Tidak ada pembelaan, tida ada pertanjaan, tida ada naek banding. Jang ada hanja terima poetoesan. Ini namanja "politie-rol" masih bagoes hoekoeman paling tinggi tjoema boleh sampe tiga boelan sadja.
Itoe orang Tionghoa pake tjelana dan djas item, pakean officieel bila hendak menghadep pembesar jang begitoe tinggi pangkatnja. "Goede morgen, asistent resident" (selamat pagi, asisten residen) kata itoe orang Tionghoa, ketika soedah berada didepan medja politie-rol. "Goede morgen, meneer, Neem U even plaats" (selamat pagi dan mari doedoek) djawab asisten zonder mendongak karena ia masih repot batja politie-rol dari terdakwa jang iapoen tida liat tampang moekanja. Setelah selesai batja baroe ia angkat moeka dan pandang tatamoenja.
Marahnja boekan maen waktoe tahoe jang ia ini tjoema ada satoe Chinees sadja. "Godverdome, kowe koerang adjar dan berani bitjara Belanda pada akoe........ 2 minggoe! Dan berbarengan itoe martil diketok. Tinggal itoe orang Tionghoa apes, dengen dianter toean sekaoet (schout) poelang dahoeloe boeat boeka iapoenja pakean opisil aken kamoedian teroes dibawa ke pendjara dimana ia mesti meringkoek 2 minggoe lamanja karena begitoe koerang adjar berani goenaken bahasa Belanda waktoe berbitjara dengen Kandjeng toean besar Assistent Resident! Beginilah tjaranja "pengadilan" dibagian politie-rol.
Itoe semoea bisa berlakoe selagi bintangnja Belanda sedeng bersinar terang seterang-terangnja. Tetapi memang soedah begitoe keadaannja di doenia ini, kalaoe ada terang pasti ada balikannja, ja itoe gelap, sehingga sekarang saja masih bisa bajangken dengen teges romannja itoe letnan satoe, satoe pemoeda Belanda totok jang belon lama dinas disini, ketika pemerintah Hindia Belanda takloek pada Nipon. Saja tida tahoe itoe opsir Belanda salah apa, tetapi saja liat sendiri bagaimana ia, dengen ditonton oleh banjak orang jang kebetoelan liwat, oleh serdadoe Djepang jang djaga kamp tawanan opsir dibekas gedoeng MULO di Wihelminastraat (djalan Dr. Tjipto) Malang dipaksa bikin bersih selokan jang penoeh segala matjam kotoran jang sangat berbaoe. Dan ia mesti bikin bersih selokan ito dengen tjoema goenaken ia poenja doea tangan sadja. Terlaloe si serdadoe Djepang perlakoeken "seorang opsir", biarpoen 10x ia mendjadi tawanan perang sekalipoen.
Ini kadjadian dan masih ada ratoesan kadjadian laen jang bikin hantjoer segala apa jang pernah dimiliki oleh Belanda dalem so`al prestige dibekas tanah djadjahannja.
Dengen mata jang berlinang-linang saja endjot sepeda saja agar tida lebi lama saksiken itoe tragedi jang memiloeken hati.
(habis)

Sunday, October 16, 2005

Kalaoe Bintang lagi terang (I)

INDONESIA RAYA
Kwee Thiam Tjing bertjerita
Kalaoe bintang lagi terang !
(I)
Di antara pembatja jang poenja pamili toea dan jang soerat2 peninggalan leloehoernja masih disimpanbaek2, diantara soerat2 begitoe pasti terdapat sampoel jang berboenji : Aan den Chinees..... kalaoe ia seorang Tionghoa, atawa : Aan den Inlander..... djika penerimanja seorang "Boemipoetera", tetapi soerat2 boeat golongan Belanda (termasoek djoega jang godong) selamanja berboenji : Aan den heer....... atawa Aan den wel Edei Geboran her..... atawa Aan den hoog Eidel Getrengen heer..... Heibat, boekan? Andai kata diwaktoe itoe saja soedah bisa toelis, pasti djoega akan saja kirim sepoetjoek soerat pada seorang Belanda jang sampoelnja berboenji : Aan den Hollander...... tjoema karena ingin tahoe sadja bagaimana reaksinja.
Di permoelaan abad ini, sampe kira2 taon 1910, kota Malang lebih banjak mirip satoe kota ketjil jang sifat kedesaannja masih tebel. Dimana2 banjak terdapat tetoemboehan, poehon2 ada dikedoea tepi djalan jang masih meroepaken djalanan tanah jang dibikin keras dengen toempoekan batoe kerikil. Sedang jang berada diloear poesat kota di bagean tengahnja ada toemboeh roempoet. Di pinggir djalanan ada toempokan2 batoe kali jang soedah diketok mendjadi batoe kerikil. Tiap toempoekan dikasih tanda siraman aer kapoer, soepaia lantas ketahoean djika ada jang ambil batoe2 itoe. Tetapi tida ada satoe orang berani berboeat begitoe, sebab toempoekan batoe itoe Kandjeng Gobernomen jang poenja. Begitoe besar adanja kewibawaan pemerintah di waktoe itoe,karean rakjat masih bodoh.
Saja tingga di Kotalama dan selagi memain di djalanan saja liat seorang desa kira2 beroesia 30taon, sedang digiring ke kota. Ia ini ada seorang tangkepan; kedoea lengan atas diikat dengen tali sebesar kelingking, jang bagean oedjoengnja dipegang oleh seorang kebajan (pembantoe loerah desa). Jang ditangkep pakai ikat kepala, tjelana kolor, badjoe potongan tjina, saroeng dan tentoe sadja dengen kali telandjang. Sang kebajan pakai blangkon ditoetoepi oleh topi kebesaran jang mirip sama topi jockey, tjoema dibagean belakangan terboeka, djas item, dibagean belakangan di potong model remboelan nanggal sepisan, boeat menggampangkan taro keris jang diselipkan distagennja jangikat kaen dodot pandjang jang dipakai. Pendeknja, komplit dandanannjaseorang priaji desa di zaman itoe. Dan tentoe sadja djoega......kaki telandjang. Mendadak sang kebajan prentah..."Mandek!" (berenti); ia lempar oedjoengtali pada orang tangkepannja jang samboet seraja djongkok, menoenggoe perentah lebi landjoet. Sang kebaja liat sebentar pohoen asam mana jang hendak disamperin.
Kamoedian ke pohoen di depannja. Disana ia djongkok karena ini mas kebajan perloe.... kentjing sebentar. Habis itoe dengen tindakan perlahan ia balik poela pada orang tangkepannja dari siapa ia terima kombali oedjoeng tali. "Melakoe" (djalan) ia prentah dan dengen sikap merendah si orang tangkepan manda digiring lagi.
Inilah kewibawa`an zaman doeloe, pembatja !

Saturday, October 15, 2005

Srigendem pinggir kali

INDONESIA RAYA
Kwee Thiam Tjing bertjerita
Srigendem pinggir kali

Boeat orang jang belon pernah alamken memang soekar boeat bisa bajangken bagaimana hidoep kami dimasa pendoedoekan Djepang . sebelon perang memang kami sering masoek di toko2 Djepang dimana menoeroet kenjataan semoea orang Nipon jang bekerdja disana memang bisa bikin senang para langganan. Boeat pembelian beberapa pitjis sadja mereka bisa mendjoera dalem sekali dan dengen senjoem sopan ia hamboerken ia poenja terima kasih di taon 1936 saja tinggal di Bandoeng dimana terdapat toko Tjijoda jang besar. Pada soeatoe hari saja datang disana boeat belandja. Dibagean tempat pendjoealan barang maenan, saja liat sepasang soeami istri Belanda Indo dengen beberapa anaknja toeroet belandja.
Meliat begitoe banjak barang maenan, teroetama aoeto dari matjam2 model, anak lelaki dari sipengoendjoeng pada minta dibelikan. “Niks aan, datis Japansch spul van blik. Ze gaan zoo stuk!” kata si ajah. Pelajan Djepang jang melajani si pembeli, ternjata pandai bahasa Belanda, karena dengen lantjar ia djawab seraja bersenjoem dan manggoet : Ja, ze zijn van blik gemaakt, maar Japan kan ook andere dingenmakan die heel sterk zijn, ik bedoel oorlogsschepen!” dengen maloe dan kikoek itoe Indo ngelojor pergi.
Ia insjaf telah berboeat kekeliroean ketika menasehatkan anaknja djangan beli barang Djepang si, dibikin dari blek (kaleng). Pengoetaraan pengoendjoeng tokonja ditelen oleh si pelajan, tetapi ia terangken sekali, Djepang djoega bisa bikin barang jang amat koeat, ia maksoedken kapal2 perang!
Enam taon kamoedian Indonesia kedatengan Djepang, kali ini dalem djoemlah ratoesan riboe banjaknja dan datengnja sebage saoedara toewa pada siapa kami, sebage saoedara jang lebi moeda haroes oendjoek hormat dan toeroet perentah. Hilanglah bajangan sipelajan jang senjoem dan manggoet2, aken diganti dengen pendjelmanja aer moeka jang bengis dan kedjem. Tetapi makloemlah, lagi perang! Nipon tentoe sadja tida maoe dipoesingken oleh kekatjaoean dalem negeri jang ia doedoekin. Djika perhatiannja haroes ditoemplakin pada moesoeh jang mengintai di pintoe depan. Maka itoe maen batjok sadja djeridji, tangan, malah kepala sekalipoen geloendoengan ditanah.
Kalaoe sekarang kita bajangken pikiran kita berdjalan di zaman pendoedoekan Djepang, rasanja seperti liat photo alboem sadja. Tetapi dahoeloe waktoe masih hidoep ditengah-tengahnja, Hmm, kalaoe sehari sadja badan tida berdiri, soedah bagoes. Waktoe pasoekan Nipon baroe dateng di Malang dan tentoe sadja djoega dilaen-laen tempat ada oendang2 boeat tiap roemah haroes poenja bendera Djepang dan karena tida taoe oekoerannja djadi kami bikin bendera sekenanja sadja asal warna poetih dengen boenderan merah ditengah. Kasoedahannja, ada jang terlaloe pandjang, ada jang mata-harinja tida beradoe betoel2 ditengah. Lantas oleh jang berwadjib disiarken oekoerannja dan kombali kita haroes sediaken bendera baroe, sementara bendera jang kliroe ditaroh begitoe sadja. Bisa dipake sebage kaen lap. Dan djoesteroe dipakenja bendera Djepang sebage kaen lap ini jang bikin hampir djiwa saja poenja neef melajang. Selagi bikin bersih sepeda motornja di pinggir djalanan di petjinan di mana ia tinggal, ia goenaken bendera Nipon jang diapkir itoe sebage kaen lap.
Apa maoe, opsir Kempetai kebetoelan liwat. Liat jang benderanja digoenaken boeat maksoed itoe, jeepnja dikasih berenti dan neef saja zonder ampoen lagi teroes di tjangking ke djalan Semeroe, markas Kempetai. Di sana ia dihadjar, digantoeng ditangannja, dikakinja , dikompa aer, dilistrik. Masih oentoeng sesoedah kira2 satoe boelan disiksa begitoe, achirnja ia boleh poelang kombali. Tetapi sampe lama keadaannja seperti seorang jang selaloe ketakoetan, lingloeng dan hilang soemangetnja. Lain kawan lain bekas stadswachter djoega, hidoepnja dipilih jang enak sadja, ia soeka olah raga, soeka djoega banting kartoe maen. Pada satoe malem sekira djam 2 ia liwat dikampoeng Kebalen, habis maen “dji-iet”, tetapi kalah. Di tengah djalan ia berpapasan sama apa jang tadinja dikira orang Indonesia, karena pake kain dan petji. Ketika dateng dekat pada kawan saja itoe, mendadak moekanja disorotin sama lampoe listrik. Kawan saja itoe orangnja memang gampang naek darah. Apa lagi ia djoesteroe kalah maen Dji-iet. Zonder pikir pandjang lagi ia tojor mukanja orang jang dikira orang Indonesia. Tojoranja tepat djoega sampe petjinja orang itoe djatoh dan......... astaga! Kepalanja.........goendoel!
Meliat ini kawan saja baroe mendoesin apa jang tadinja ia kira orang Indonesia jang hendak goda ia dengen sorotin moekanja dengen lampoe senter, ternjata ada orang Djepang, dari dinas kepolisian lagi jang meronda dengen menjamar. Doea boelan kamoedian saja djoempa itoe kawan kombali. Ia memang bernjali besar; kendati badannja setengah mendjadi boeboer ia tetep ganda ketawa selagi toetoerken pada saja apa sadja jang ia amalken selama “dilindoengin” oleh saoedara toea.
Saja kebetoelan berada di “toko sapoe djagat”, milik sobat saja di Kebalen. Selagi disana, saja liat dari djoeroesan petjinan. Ada mendatengin doea dokar penoeh dengen serdadoe Djepang, tida koerang dari anam orang tiap kendaraan, tida terhitoeng si koesir. Koedanja basah dengen keringet dan napasnja keloear dari moeloet dan hidoeng dengen soeara seperti orang jang terserang astma heibat. Sesampenja dimoeloet gang jang menoedjoe ketempat jang bikin Kebalen terkenal, djoega sampe di loear kota Malang itoe doea dokar berenti dan penoempang2nja toeroen. Satoe serdadoe Djepang kaokin temannja jang ada di dokar laen. Kamoedian saja liat itoe serdadoe keloearken dari kantong tjelana sedjoemlah oewang logam bikinan Dai Nipon. Ia ambil satoe bidji seharga 10 sen dan terimaken itoe oewang pada koesirnja dengen disertain perkataan “Hoeh”! Ini djoega ditoeroet oleh temannja dari dokar laen.
Kamoedian dengen tertawa dan bergoeraoe mereka masoek di itoe gang jang terkenal. Tinggal itoe doewa koesir saling awasin dengen melongo dan oendjoeken oewang masing2. “Dokare enek-mojange, opo? Moso, rong djam luwih wond didjah poeter2, moong ngopahi satji! Saking londo kalah ; ndah kalah tah amblek karo dateng iki! Memaki si koesir sambil gosok2 koedanja dengen sepotong kain. (..................)
Di djalan Kotalama, di depan satoe gedong besar jang didjadiken markas sekoempoelan serdadoe Djepang, ada tinggal kawan saja, ia tjari hidoep dengen djalan “makelaran”, siapa waktoe itoe jang poenja pekerdjaan tetep? Dan istrinja ada di roemah dengen radjin mendjahit pakean boeat tambah koerangnja ongkos roemah tangga. Pada soeatoe hari, selagi soeaminja keloear dan ia sedang mendjahit di roewangan tengah, ia dengar pintoe roedji diboeka, rasanja djantoeng seperti berhenti. Siapa jang mendatengin? Satoe serdadoe Nipon dari markas sebrangnja. Dengen meringas-meringis sambil tenteng tjelana militernja ia datang......... tjoema dengen tjawat sadja. Hampir telandjang boelet, sesampenja didepan njonja roemah jang dengen bergemetaran tinggal doedoek di kerosinja sebab soedah tida ada tenaga boeat lari saking takoetnja, ia sodorken tjelana dan dengen manggoet2 ia tjoba terangken minta itoe njonja toeloeng djait itoe robek dibagean loetoet.
Selagi si njonja sebisa-bisanja lakoeken apa jang diminta serdadoe Djepang itoe dengen tjoema pake tjawat sadja, berdiri didekat ia sembari dengen penoeh perhatian ia awasin bagaimana si njonja mendjahit tjelananja. Ia sama sekali tida berlakoe koerang adjar, ketika robek di tjelananja soedah di djait, dengen manggoet dalem 3x itoe serdadoe terima kembali tjelananja dan balik kemarkasnja dengen lebi doeloe toetoep poela pintoe dar roedji depan. Ia dengen enak lenggang kangkoeng liwatin djalanan dengen pake tjawatnja seperti tida ada kadjadian apa-apa. “Soedah bagoes ik `ndah kentjing-kentjing! Kata itoe njonja pada teman-temannja pada siapa ia toetoerken pengalamannja. Itoe serdadoe belakangan ternjata ada orang jang mengenal boedi. Bila ia poenja makanan istimewa, selaloe ia mampir datang pada itoe njonja boeat dikasih bagean.
(Tamat)

Friday, October 14, 2005

KEPALA ROEKOEN TETANGGA (TAMAT)

(III)
Diatas soedah ditoetoerken bagaimana saja dan kawan2 tjoba ringankan penderitaan dari orang2 golongan Belanda diwaktoe dilantjarkan pemboikotan djoeal makanan pada mereka; aliran listrik dan aer ke roemah 2 mereka ditoetoep. Dengen semboenji, diwaktoe lakoeken ronda malam, kita pada lemparkan apa sadja jang kena dimakan lewat pagar pekarangan, perboetan kita ini teroetama tersoeroeng oleh rasa kasian pada itoe banjak anak2 jang tentoe sadja toeroet mendjadi korban. Jang perboetan ini boeat kita bisa menjebabkan risiko hilang djiwapoen boekan chajalan belaka, ini bisa dibenerken oleh orang2 jang hidoep dalem zaman pergolakan itoe. Tetapi pembatja tida bisa tebak tjeranja si "Mevrouw" anggep perboeatan memberikan makanan pada orang2 Belanda itoe. Moengkin ia pikir ini tida lebi dari pantas dari Chinees dan si Inlander.
Waktoe kita sedeng bagi sajoeran, tempe, sedikit beras dan lain2 makanan, mendadak saja denger si "Mevrouw" menjeletoek katanja : "Zeg, meneer Kwee, breng mij morgen boter (maar geen margarine), worst.....". Ik ben je tokohouder niet ! djawab saja dengen ketoes dan teroes tinggalkan mereka.
Masa si otak kedjoe minta saja esok malamnja bawaken ia mentega (mala tida maoe jang margarine), sosiz, enz.... seperti ia djoega lagi mimpi berada digedongnja dan tjoema tinggal perentah sadja. Dan mentalitet jang begini jang paling banjak meroegiken orang2 Belanda sendiri.
Samentara itoe pihak sekoetoe masih teroes tjoba koeatken kedoedoekannja. Roepanja palang merah Belanda madjoeken permohonan pada pemerentah Repoeblik Indonesia boeat bole kirim beberapa pesawat terbang Palang Merah di Malang oentoek djatohken pakean dan obat2an boeat orang Belanda jang masih ketjantol di pedalaman. Dan sebage tempat dimana barang2 itoe didjatohken dipilih lapangan di Rampal, persis didepan tangsi dimana saja dan kawan2 lain di zaman stadwacht di konsiniir (diwadjib tinggal ditangsi karena bahaja peperangan dengen Djepang sedeng memontjak). Dan djoega didepan roemah saja.
Orang2 Belanda dalem lingkoengan saja pada berdjingkrak kagirangan, satoe hal jang bisa dimengerti. Tetapi apa jang tida bisa diterima begitoe sadja jalah pertjakapan antara mereka dan saja berhoeboeng sama esoknja pesawat2 terbang Palang Merah itoe aken djatohken boengkoesan2 dilapangan. Salah satoe diantara mereka, dengen sikap sombong dan nada soeranja jang kedengeran angkoeh sekali, berani minta pada saja oentoek "zorg dragen dat de Inlanders niet hier komen !"
Tjoba pembatja pikir sendiri. mendengar perkataan itoe, terlebi lagi meliat sikapnja seolah-olah kita golongan inlanders ini tjoema beroepa roempoet sadja dan hanja ia sendiri jang mendjadi jang dipertoean besar, hampir2 saja tempeleng semproel di itoe tempat djoega, bila ia tida boeroe2 tarik poelang perkataannja jang sombong dan hatoerken maap.
Saja terangken pada itoe orang2 Belanda dalem lingkoengan saja, si Inlanders itoe ada eigenaren, pemilik ini negara. Mereka hidoep diantara mereka jang diwaktoe itoe semangat perdjoeangan sedeng meloewap-loewapnja. Sedikit alesan sadja soedah tjoekoep boeat bikin berkobar napsoe amarahnja jang telah menjala-njala. Dan kalaoe sampe kadjadian begini, pasti pertoempahan darah tida bisa ditjegah lagi. Dan saja tida maoe tanggoeng djawab dan tjoetji tangan saja.
Banjak djoega diantara orang2 Belanda itoe jang maoe mengarti pembilangan saja. Saja terangken, kalaoe mereka girang terima bantoean pakean dan obat2an, ini saja bisa mengarti dan tida ada satoe diantara kita jang akan iri hati. Tetapi batesin diri mereka dalem sikap dan perkataan agar tida membawa korban orang2 jang tida berdosa, teroetama anak2.
Begitoelah di esoknja bener djoega ada datang doea pesawat terbang jang selagi terbang rendah djatohken boengkoesan2 ditanah lapang itoe. Tanda Palang Merah bisa diliat teges. Semoea berdjalan baek sampe ketika dari satoe pesawat itoe dikibarkan Rood, Wit en Blauw (warna bendera Belanda).
Sekonjong-konjong seperti djoega itoe sekoempoelan orang2 Belanda lagi kerasoekan setan. Mereka bertreak, lontjat, mendjerit, tepok tangan, mala ada jang berseroe "Oranje Boven"!
Repot djoega boeat kasih bangoen mereka dari mimpinja. Oentoeng itoe semoea berdjalan zonder timboelken banjak perhatian dari fihak kita. Ah ja, itoe orang2 Belanda djoega manoesia; mereka jang tadinja ada dipoentjak pergaoelanhidoep, mendadak dibanting kebawah, toentoet penghidoepan jang penoeh siksaan lahir dan batin. Djadi ketika liat jang mereka masih diperhatikan djoega oleh bangsa jang datang lafi dengen membontjeng sekoetoe, apalagi waktoe liat benderanja berkibar, impian2 mendjadi lebi moeloek lagi.
Sementara itoe penghidoepan berdjalan teroes, pemoeda2 jang gaboengken diri dalam Tentara Keamanan Rakjat jang kamoedian dirobah mendjadi TNI hingga sekarang ini, makin lama makin meroepakan badan militer jang penoeh semangat disiplin dan bersedia hadepin kemoengkinan apa sadja.
Saja masih sering ketemoe bekas kawan2 saja dalem lingkoengan stadwacht, mala meliat kesoenggoehan mereka hendak mempertahankan kemerdekaan dan berdaoelat tanah aer, saja pernah oetaraken pada "Soedjanoedji" jang sama2 di stadwacht, kamoedian ia mendjadi anggota PETA dan sekarang perwira dari barisan rakjat jang panggoel senapan dan berada digaris depan, oentoek djoega ikoet serta. Tetapi Soedjanoedji nasehatkan saja, baek saja koeatken sadja dibarisan belakang jang tida kalah pentingnja waktoe hadepin kekoeatan militer Belanda.
Saja dan kawan2 lain jang seroepa haloean bisa bergoena besar sekali sebage djembatan boeat sampekan kabaran2 pada kawan2 jang lakoeken perdjoeangan pisik. Dan perdjandjian ini memang oleh saja dan kawan2 dipenoehken, teroetama sehabis terdjadi apa jang diberi nama "Politionale Aksie" jang pertama, ja itoe pada tanggal 21 Djoeli 1947 dan Malang didoedoeki poela oleh pasoekan militer Belanda

Kepala Roekoen Tetangga (II)


(II)
Saja ketemoe pada sobat lama saja, mala sedari zaman saja dengen ia masih sama2 doedoek dibangkoe kelas satoe dari Eerste Europese Lagere School di Malang, saja maksoedken Martens. Djika tadinja ia poenja badan kekar, selaloe kampioen dalem olah raga dikalangan kita, poen pernah bertaon-taon djadi bintang dilapangan hidjo, sekarang ia tampaknja djadi seperti seorang kakek jang soedah lingloeng pikirannja, lamoer pandangan matanja dan ringsek remoek toeboehnja. Lapodoth, Jahn, Berger, Binkhuizen dan banjak lagi. Mereka pada poelang ke masing2 poenja keloearga sendiri.
Sementara itoe dalam kalangan pemoeda jang berdjiwa revoloesioner latihan djasmani dan rohani makin diperhebat. Lambat laoen lengkap marika meroepakan satoe badan jang kompak dan berdisiplin. Persendjataannjapoen keliatan lebi lengkap lagi. Moengkin mereka ketemoeken simpanan rahasia dari persendjataan Djepang. Djoega dalam kalangan masjarakat kita perobahan djiwa dan sikap hidoep bisa diliat lebi njata dan lebi njata.
Tetapi pembatja djangan kira bahwa masjarakat kita seolah-olah ada masjarakat jang tida teratoer, katjaoe balaoe soesoenannja. Tidak mala menoeroet penilaian saja, semoea oeroesan jang menjangkoet pamong pradja dan kepolisian djalannja lebi lantjar. Dan disebelah itoe ada jang dinamakan "PEMOEDA" djoega meroepakan satoe factor jang besar sekali pengaroehnja atas keseloerohan penghidoepan masjarakat kita.
Kendati sekoetoe soedah moelai mendarat dan tjoba tantjap kakinja kombali, toch keadaan di Djawa timoer masih tetep merdeka sepenoeh-penoehnja.
Dan dimana, oempama di Malang, masih terdapat banjak pendoedoek golongan Belanda (kebanjakan golongan Indo) maka tentoe sadja saling bentji membentji dan mentjoerigai ada hal2 jang bisa dimengerti. Satoe waktoe terdapat aroes apa jang dinamakan "andjing NICA". Dengen Nica dimaksoedken kekoeatan militer Belanda jang datang poela dengen membontjeng dibelakang sekoetoe. Baik distasion kereta-api, dipasar, dikendaraan oemoem, dimana sadja, kalaoe badan lagi apes dan kita ditjoerigai sebage "andjing Nica" (mata2 Belanda), nasib kita aken djelek sekali. Soedah bagoes kalaoe tjoeman dihadjar dan digeboekin sadja. Dan ini tjap "andjing Nica" tida pandang boeloe, tjoema oedji nasib. Mala orang2 Indonesia asli tida djarang jang ditjap sebage mata2 Belanda, hal mana saja sendiri saksikan kebenarannja, kalaoe ditilik dari matjamnja orang2 jang lagi alamken nasib djelek begitoe.
Pernah djoega dilantjarkan boikot orang2 Belanda. Aliran listrik, aer ledeng dari roemah 2 jang ditinggali oleh mereka ditoetoep; mala makananpoen dilarang boeat didjoeal pada mereka. Aksi begitoe oemoemnja dilantjarkan bila dianggap `ndjogetnja Belanda jang mengandel pada sekoetoe ada meroegikan gerakan memperdjoeangan tetepnja kemerdekaan kita.
Saja pernah liat di satoe gang di Oro-oro dowo, bagaimana seorang wanita Belanda diikat pada tiang tilpon bersama seorang wanita Indonesia, toekang djoeal daging sampi. Di lejer kedoea wanita itoe digantoengken sepotong daging dengen diboeboehi toelisan "Hoekoeman bagai jang berani beli dan djoeal daging atawa makanan".
Seperti jang soedah pernah diterangken, di Rampal Wetan saja dipilih sebage kepala roekoen tetangga, landjoetan dari tonarigumichoh di zaman Djepang. Dan tjilakanja, lingkoengan saja banjak sekali pendoedoek Belanda, sebab wijk Rampal sebelonnja perang memang meroepaken wijk Belanda. Dan djoestroe di waktoe2 ada gerakan anti dan boikot Belanda, tanggoeng djawab saja sebage kepala roekoen tetangga dirasaken amat berat sekali.
Saja toch tida bisa ambil sikap perdoeli amat terhadap orang2 Belanda dalam lingkoengan saja. Teroetama jang mendjadi penghoeni dari apa jang dinamakan "roemah miskin" jang tadinja ada didjalan Oro-oro Dowo, tetapi kamoedian dipindah ke Rampal Wetan 29, persies disebelah roemah saja, "Meneer Kwee, ik heb zo`n honger !" boekan ratapan bikinan. Boeat lawan kemarahannja golongan "pemoeda", tentoe saja tida berani, sebab tindakan begitoe tjoema beroepa boenoeh diri sendiri. tetapi boeat ambil sikap masa bodoh sama sekali, inipoen tida moedah; itoe orang2 Belanda achirnja djoega manoesia jang mendjadi korban darikeadaan perang.
Djadi sebisa-bisanja saja tolong mereka jang poera2 datang diroemah saja boeat oeroesan jang katanja menjangkoet roekoen tetangga, tetapi jang sebenernja boeat boeroe-boeroe makan seadanja ditempat-tempat semboenji. Baroe mereka poera2 keloear lagi seolah-olah datangnja pada saja boeat "oeroesan dinas". Tentoe sadja makanan jang amat sederhana itoe diberiken dengen tjoema-tjoema, sebab boekan maksoed saja boeat boeka waroeng.
Dan diwaktoe malam, selagi ronda di wijk, saja dengen dibantoe kawan2 jang setia, kami orang lemparkan sajoeran, makanan atawa apa sadja jang bisa digoenaken boeat tangsel peroet. Kombali ini semoea dilakoeken dengen hadepin risiko besar sekali. Tetapi masih oentoeng tida ada satoe orang jang botjorken halnja kami orang pada beriken makanan pada orang2 Belanda djoestroe diwaktoe ada gelombang pemboikotan. Dan soeasana sedeng panas2nja.
Tetapi besar djika dibilang, perangi manoesia soekar dirobah djika didikan perangi begitoe jang penting, karena boekan keadaan jang haroes berobah menoeroet kemaoean kita tetapi kita jang haroes bisa sesoeaiken diri kita pada keadaan jang kelilingi kita.
Diantara orang2 Belanda itoe kebanjkan wanita dan anak2, ditambah dengen sisa Belanda lelaki jang masih hidoep asal kesilir dan laen2 tempat latihan menoeroet tjiptaan Nipon, terdapat djoega seorang wanita Belanda setengah oemoer. Orangnja dari doeloe memang sombong, seolah-olah tjoema ia sadja jang tergolong "Mevrouw" terwijk de rest maar dun netjes is alias jang laen masoek golongan semproel.
Tentoe sadja hidoep dalem keadaan sekarang tida seperti hidoep dalem keadaan doeloe dimana soeaminja mendjadi orang jang terkemoeka dalam pakerdjaan dan pergaoelan. Tetapi djalan pikirannja masih sering dipengaroehi oleh impian2 jang soedah liwat, hingga tida djarang timboel tjektjok dan kegadoehan antara ia dan lain2 penghoeni dalem satoe roemah. Hal mana dengen sendirinja menjoesahkan djoega saja.
Sebage kepala roekoen tetangga bermoela saja tjoba damaikan mereka, teroetama itoe bekas `ndoro njonja besar tapi ternjata semoea daja oepaja gagal karena tida mampoe boeat temboesin tembok kesombongan dari si "Mevrouw".

Kelapa Roekoen Tentangga I


INDONESIA RAYA
Kwee Thiam Tjing bertjerita
KEPALA ROEKOEN TETANGGA
Tanggal 15 Agoestoes 1945 Djepang menjerah kalah zonder sjarat pada sekoetoe. Tanggal 17 Agoestoes 1945 berikoetnja Indonesia dijatakan berdiri sebege negara jang MERDEKA dan berdaoelat penoeh. Keadaan lantas berobah tjoraknja; segala apa jang dinamaken Djepang, baek jang laskar maoepoen jang Sakoera (preman) pada dikoempoelkan di Poedjon (kaigoen, angkatan laoet) dan di Dampit (rikoegoen, angkatan darat). Sendjata, mobil, roemah pada dirampas.
Orang2 jang bekas stadwacht dan PETA (pembela tanah aer, jang didiriken oleh Djepang dan kamoedian diboebarkan lagi sesoedah terdjadi pemberontakan PETA jang gagal di Blitar) pada bangkit poela oentoek diriken B.K.R (badan dan keamanan rakjat).
Dipermoelaan tentoe sadaj masih katjaoe balaoe; jang bisa diliat banjak pemoeda2 pada gelantoengkan pedang samoerai dipinggangnja dan sedapat moengkin masing-masing pada persendjatai dirinja dengen revolver dan senapan komplit berikoet peloeroenja. Malah saja ketemoe sobat saja dari stadwacht dahoeloe jang ban peloeroenja dipasang melintang didadanja. Poen tjara berdandan sami mawon. Pakean seragam KNIL, stadwacht, peta, seragam dari angkatan Djepang, semoea dipake.
Kedjadian2 ini bisa ternampak disemoea permoelaan REVOLOESI disemoea negara. Tetapi lambat laoen keadaan jang keliatan seperti katjaoe balaoe itoe moelai teratoer oleh marika jang tadinja soedah dapet didikan militer, baek sebage militer KNIL, stadwacht maoepoen PETA. Badan keamanan rakjat diroebah mendjadi tentara keamanan rakjat (T.K.R), jang paling belakangan namanja mendjadi TNI (tentara nasional Indonesia) hingga sekarang ini.
Pasoekan revoloesioner itoe boekan tjoema bisa djoeal laga dengen pedang samoerai dan persendjataannja, tetapi marika soenggoeh-soenggoeh dan dengen penoeh kemaoean hati membangoen pasoekan jang bener2 bisa diandalkan, baek rohani maoepoen djasmani. Pengemblengan badja dimoelai. Tiap pagi sekali saja bisa liat bagaimana kelompok demi kelompok pemoeda pemoeda itoe dengen badan bagean atas tinggal terboeka, pada lari dalem barisan (kakias menoeroet istilah Djepang) sembari njanjikan dengen saling bergantian satoe njanjian jang waktoe itoe amat terkenal dalem kalangan pemoeda perdjoeangan. Njanjian itoe ada begini :
Kowee botjah `ndi, lee
Koelo laree deso,
Kowee `njang `ndi, lee
Bade datengi kota
Kok kowee `nggowo bendo, lee
Damel `mbatjok londo
Londo salah opo, lee
`Mbade `ndjadjah kito
Opo kowee wis wani, lee
Memang koelo sedjo
Nek londo wis mati, lee
Kito tetep MERDIKO !
Barisan pemoeda revoloesioner ini dibantoe oleh pasoekan bamboe roentjing jang moelai berdiri boleh dibilang di segala pelosok. Malahan anak2 sekolah kalaoe lagi maen sama kawan2nja, soedah tida maoe maen "Obor sodor" lagi, tetapi maen perang2an dan dengen bamboe roentjing satoe pada lain.
Api revoloesi moelai berkobar, makin lama makin tjepat njalahnja, makin mendjoelang lebi tinggi dan lebi tinggi, hingga achirnja tarik perhatian doenia di loear sengketaan Belanda dengen Indonesia.
Sedjak Djepang takloek, saja anggap diri saja soedah boekan tonarigumichoh lagi. Saja kasih tahoe hal ini pada orang2 dalem lingkoengan saja, dalem manas ekarang djoega ada tinggal beberapa pamilie Indonesia dan Tionghoa. Tetapi marika (teroetama jang golongan Belanda ) minta saja oentoek teroes berlakoe sebage apa jang sekarang di beri nama KEPALA ROEKOEN TETANGGA. Maoe tolak, rada soekar boeat saja. Maka djadilah saja sebage kepala roekoen tetangga, pada siapa jang berwadjib bisa beroeroesan bila ada apa2 jang menjangkoet orang2 dari lingkoengan saja.
Penghidoepan berdjalan seperti biasa, dilihat dari lahirnja. Tetapi saja tahoe dalem djiwanja masjarakat Indonesia telah bangkit satoe persatoean baroe, perasaan tida maoe anggap atawa dianggap dirinja sebage berkedoedoekan jang lebi rendahan. Sikap noon inggih dilempar djaoeh; dipasar, didajlanan, dimana sadja itoe sifat "onder danigheid"(sikap jang biasa diseboet oleh Belanda) soedah diganti dengen sikap baroe; doedoek sama rendah berdiri sama tinggi !
Teroetama pada orang2 Belanda dari lingkoengan saja seringkali saja berikan penerangan agar itoe sifat kolonial jang masih dipoenjakan oleh kebanjakan dari marika itoe dan djoega oleh pihak kita sendiri, boeat segera tjopot badjoe kolotnja jang masih bertjorak noon inggih, `ndoro, dan inggih baboejoet, ini semoea boeat tjegah terdjadinja bentrokan jang bisa berdjarak heibat dan lekas mendjalar ke kalangan loeas.
Tetapi pembatja djangan lantas sangka seolah-olah keadaan masjarakat kita jang soedah merdeka, mendjadi kemerdekaan zonder batas, hingga mendjadi kaloet sama sekali.anggapan itoe ada djaoeh dari keadaan jang sebenernja. Masjarakat kita masih tetep meroepakan masjarakat tida teratoer, jang ada oendang2nja. Perboeatan sewenang-wenang lantas ditjegah dan polisi serta pamong pradja masih tetep lakoeken koadjiban nja.
Tjoema tentoe sadja tjorak diloear beroebah. Kalaoe saling ketemoe, kita pada angkat tangan jang dikepal kedjoeroesan atas dan memekik "MERDEKA !" djoega kalaoe masoek roemah kawan, sebagenja, boekan "koelonoewoon" lagi tetapi "MERDEKA" jang dipekikan. Ini ada apa jang dinamakan "Panggilan Revoloesi".
Penghoeni2 dari kampong kawat, jang seperti soedah dibilang, ada terdiri dari orang2 Belanda (kebanjakan wanita dan anak2) pada diberangkatkan ke Djakarta sebage hasil persetoedjoean jang ditjapai oleh pihak sekoetoe dengen pamarentah Repoeblik Indonesia. Poen dari kesilir (tjiptaan Nipon) moelai dateng kembali kekampong asalnja orang2 Belanda indo jang tadinja pada dikirim kesilir (satoe daerah di djawa timoer jang masih hoetan beloekar) katanja si Djepang boeat kasih beladjar bertjotjok tanam.
Ketika saja ketemoe kombali ( tentoe sadja jang masih hidoep, sebab banjak diantara marika pada mati di kesilir) keadaan ini orang soengoeh menjedihkan. Koeroes kering, berpenjakitan, boelh dibilang tinggal toelang diboengkoes koelit sadja, keadaan pakeannja poen idem, kendati masih belon bisa dinamaken tjompang-tjamping. Boekan sadja jang datang dari kesilir, malah jang dateng dari Ngawi dimana tadinja mereka dikoempoelken oleh Djepang ada lebih menjedihken lagi keadaanja.