Seoea toelisannja Opa kwee soedah pindah ke sini http://tjamboek28.multiply.com/

Thursday, February 23, 2006

Penghoeni Kalisosok ....(I + II)


INDONESIA RAYA
Kwee Thiam Tjing bertjerita
Penghoeni Kalisosok
(I)
Penghidoepan dalem pendjara Kalisosok tida bisa dibilang terlaloe menggembiraken. Sebab tiap hari sama sadja, segala kadjadian boleh diramal dengen djitoe, dari pagi djam 6 si Gareng (nama podjokan klooster, opzichter kita) boeka kadoewa pintoe roedji sel kita sampe liwat djam 5 sore, sasoedah itoe masoek kandang lagi. Tjoema pada kita diberi kemerdikaan boleh mimpi impian apa sadja jang kita kehendaki. Teroetama bagi si djoernalis, penghidoepan jang “geestelijk doodend” itoe (meloempoehken kegiatan berpikir) beroepa hoekoeman extra. Kita tida diper-rantean laen; baik pekerdja kasar (pikoel ini dan itoe, bikin bersih selokan, menjapoe dan sebagenja) atawa bekerdja di kantor boewi sebage djoroe-toelis. Satoe djoernalist dalem hoekoeman haroes di isolier, diasingkan, karena koeatir ia bisa pengaroehin pikiran laen pesakitan kalaoe diberi kalonggaran tjampoer dengen bebas. Does di zaman itoe djoernalist sematjam saja dianggep pestgevaarlijk. Oentoek lewatkan tempo, pada golongan saja oemoemnja diberi boekoe2 batjaan dan soerat kabar. Tetapi djangan ditanja matjam apa. Saja pernah terima boekoe Dik Trom, de avonturen van Krieltje, de polder jongen dan lain-lain boekoe batjaan boeat anak-anak. Dan soerat-kabarnja? Soedah basi satoe doea boelan. Derekan blok saja jang terdiri dari 9 sel terletak dekat blok boeat golongan Eropa, hanja terpisah oleh djalanan jang menoedjoe ke roemah-sakit.
Tiap minggoe satoe kali di sel saja ada datang “surveillant” pendjara, ini “surveillant” ada kepala dari semoea opzichter dan sebage directoer ke doea dari pendjara, ia diwadjibken tilik dan kontrol boewi dan penghoeninja. Oemoennja “surveillant” tida bisa dateng koendjoengin orang hoekoeman di sel-nja. Tetapi kepada saja ia bikin katjoealian; ia dateng boeat tengok sel saja dan tanja apa sadja ada hal2 jang dianggep tida sebagaimana mestinja, seperti dalem hal makanan, perlakoean para personil pendjara dan sebagainja. Ini pengetjoealian diberiken pada saja, si orang hoekoeman Inlander, memang menjolok mata. Barangkali sebab saja tjoema satoe-satoenja djoernalist jang itoe waktoe djadi penghoeni pendjara Kalisosok. Djoega sebab di loear pendjara sebage “orang preman” saja memang poenja banjak kenalan, baik dikalangan atas, maoepoen dikalangan pertengahan dan sampepoen diantara badjingan dan pendjahat ada djoega jang saja kenal. Kapan djoernalist itoe mesti all round, katanja. Saoempama orang merantjangharoes sedia tjoekoep boemboenja. Bertaon-taon lamanja saja poedji, tjela dan maki bahis-habisan segala apa jang menoeroet saja haroes dipoedji, di tjela atawa dimaki, teritoeng Kandjeng Goebernemen Hindia Belanda pembesar atawa preman, sobat, moesoh atawa pamili zonder pandang boeloe. Soerat-kabar Soeara Poeblik di Soerabaia, dimana saja toelis dengen nama pedengan “Tjamboek Berdoeri” memang oleh jang tida soeka di tjap sebage “oproerkraaier”, toekang tioep api pemberontakan, katanja mereka pro sana dan anti sini. Ini istilah sana dan sini boeat zaman itoe bisa diartikan sebage “Wilhelmus” atawa “Indonesia Raja”
Waktoe mengobrol dengen surveliant terseboet kami djoega sentoeh hal “levenshouding” (sikap menghadepin penghidoepan) saja jang oleh surveiliant tadi dianggep keliroe dan menjajangkan. Ia waktoe itoe banjak lebi toewa dari saja dan saja pertjaja maksoednja baik dan tjoba oendjoeken saja djoeroesan jang bener. Keliroe oentoek bentji pamarentah Hindia Belanda, tida bentji orang Belanda, diantara siapa banjak jang mendjadi sobat akrab saja, jang saja bentji, sangat bentji jalah itoe perbedaan antara sama2 onderdaan jang satoe Nederlander dan jang lain niet Nederlander, en toch kita sama2 menjanji “Wiem Neerlands bloed door de aderen vloeit” itoe surveiliant djawab, persamaan seperti jang diangan-angankan oleh saja memang bagoes, tjoema minta tempo jang lama sekali oentoek bisa diwoedjoetken. Karena kami (dimaksoedkan jang niet Nederlander) dianggap masih belon tjoekoep “mateng” itoe memang lebih dari karet, bisa dioeloer, ditarik ke kiri, ke kanan, dikepal-kepal djadi onde2. kita belon mateng boeat berdiri diatas kaki sendiri, boeat ambil poetoesan sendiri tetapi tjoekoep matang boeat mendjadi alat di kalangan pamarentah (jang bagean bawah tentoenja, disebabken oleh belon kematengan itoe) tjoekoep matang boeat pekerdjaan di kalangan perdagangan, perkebonan, pabrik, indoestri dan sebagenja. Dan teroes masih sebage alat sadja. Kalaoe ia (dimaksoedken surveiliant itoe) djoega dapet statoes kami, saja ingin tahoe sampe dimana kesabarannja. Sembari oendjoeken pada blok Eropa, dimana kabetoelan ada keloear satoe katjoeng Indo. Ditahan karena tjoeri sepeda, saja bilang itoe anak Indo dapet matras, dapet kelamboe, dapet tampin (orang hoekoeman Irlander jang diwadjibken ambil makanan`nja, bikin bersih bilik, djadi sematjam djongos), dapet nasi poetih, bruine bonen met spek dn lain2 jang ia sendiri tida soeka karena tida biasa, sering ia minta toeker dengen makanan saja, nasi merah, tempe reboes dan sajoer kangkoeng. Pake sandal dan pijama blauw, tidak seperti saja, siang malem kaki ajam, pakean perantean dengen pake tjelana kolor pandjang tida, pendek boekan, tidoer diatas tikar dengen bantal diisi roempoet kering. Poen waktoe pertama kali datang dipendjara dari hoofdbureau polisi, saja soedah mesti alamken hal2 jang sanget menjakitkan hati.
(II)
Djoesteroe karena itoe perbedaan perlakoean antara tahanan Eropa dan Inlander. Sesoedah terima tikar dan bantal saja(waktoe itoe masih ditahan preventif) ditempatkan di sel/blok1 dari bagean boeat Inlander (tida djaoeh dari blok boeat golongan Eropa seperti jang soedah saja toetoerken dibagean atas). Di esok paginja saja dibawa keroemah sakit pendjara lewat gang jang berada didepan sel saja. Sesampenja disana soedah ada berkoempoel poeloehan orang jang djoega baroe dateng, terdiri dari orang tahanan preventief, djadi belon di madjoeken di moeka pengadilan, orang hoekoeman dari laen kota dan mereka jang tergolong “strapan polisi”, terdiri dari orang gelandangan, pengemis dan sebagenja jang di hoekoem oleh landgerecht, badan mana bisa didjatohkan hoekoeman pendjara zonder banjak procedure sampe paling lama 3 boelan. Satoe kali soedah di hoekoem, pakeannjapoen tida sawo mateng warnanja, hanja loerik. Kami haroes bertelandjang boelet, berdiri toenggoe giliran dipreksa oleh dokter hoesodo (dokter boewi). Waktoe dateng giliran saja, ia ini goleng2 kepala boekan karena ada apa2 jang gandjil pada toeboeh saja tetapi ia tida mengarti kenapa saja (jang kenal diloear sebage djoernalis) djoega haroes disoeroeh antri sama segala bamboeng, gelandangan, badjingan dalem keadaan telandjang boelet, diperlakoeken sebage binatang jang tida poenja rasa maloe apa2. boeroe2 ia preksa saja . ia sengadja soeroeh saja doedoek dikerosi jang kebetoelan kosong dan soedah rampoengken koewadjibannja sebage dokter. Mas Hoesodo bawa saja keloear oentoek poelang ke blok saja. Ia akan kemoekakan hal saja pada directeur pendjara, katanja. Dan ini semoea apa saja haroes telan dengen sabar, menoenggoe tiba saatnja djoerang perbeda`an jang pisahkan Nederlander en niet Nederlander dapet dioeroek? Boeat orang, jang baik, dari peladjaran, didikan, pergaoelan, dan keada`an berbeda djaoeh dengen “Bromotjorah” (pendjahat jang soedah biasa keloear masoek pendjara), gelandangan, bamboeng, pengemis, pentjoeri dan sebagenja, boeat orang begitoe, jang haroes berdiri telandjang boelet berdjam-djam lamanja diantara mereka, ini soedah beroepa hoekoeman bathin jang dirasakan amat berat. Meloeloe sebab ia masoek golongan Inlander. Tetapi pertjajalah apa jang sekarang ditelan, satoe waktoe mesti dimoentahkan kembali dihadepan Kandjeng Goebernemen dan mereka jang bertanggoeng djawab boeat adanja perbada`an jang begitoe menjolok, begitoe menjakitkan hati antara onderdaan Nederlander niet Nederlander alias Inlander.
Surveiliant tida dapet djawab apa2 lagi, hanja sembari manggoet ia berlaloe.
Penghidoepan dalem pendjara berdjalan biasa sadja. Tida ada gontjangan jang bisa bikin djantoeng berdebar-bedar seperti didoenia loear; semoea berdjalan dengen begitoe litjin hingga sampe membosankan.
Hari kemaren, hari ini , hari esok, semoea sama sadja. Sama nasi merahnja, sama tempe reboesnja, sama sajoer kangkoengnja, dengen dikasih selingan satoe minggoe satoe kali ikan asin goreng, satoe minggoe satoe kali atawa tempe goreng atawa setengah telor bebek jang katanja asinan dan sepotong daging sampi. Dibandingken dengen menoe boeat orang tahanan atawa hoekoeman Eropa, bedanja seperti makan diwaroeng desa dengen restoran jang mendingan besarnja dikota. Soedah disediaken “tamping” (orang hoekoeman Inlander jang dipekerdjakan sebage sematjam pelajan boeat ambil makanan, sapoe dan bikin bersih sel orang poetih) makanan ada roti, bruine boonen met spek, huts pot met viees, nasi poetih(kendati kalaoe diloearan masoek golongan nasi mangkak), telor, soep dan sebagenja, plus........... pisang, seorang satoe bidji setiap hari. Mein liebchen, was wilist du noch mehr? Dan djangan loepa boeat golongan orang poetih selaloe ada disediaken sepasang sandal, koeatir djika telapakan kakinja tida tahan djika dimestikan djalan dengen kaki telandjang seperti penghoeni Inlander. Sampe si katjoeng Belanda godong dari krembangan jang kasih masoek pendjara Kalisosok sebab tjoeri sepeda, djoega dikasih sepasang sandal “Maar ik enak so nir!” katanja pada saja sembari kasih keloear kakinja dari krangkeng roedji besi dari selnja. Ini selpoen djaoeh lebi besar dari pada kita poenja. Ada sedikit kebon (dibagean atas tentoe sadja ditoetoep dengen rodji besi) ada roewangan depan, bagean tidoernja poen ada lebi loewas, habis pake segala kelamboe dan matras sih......!
Boeat saja jang paling menjakitkan hati boekan itoe semoea sandal, huspot, kelamboe dan lain2 nonsens lagi, tetapi djoesteroe itoe perbeda`an perlakoean antara Nederlandse onderdaan Nederlander dan idem niet Nederlander alias Inlander. Sama2 dalem pendjara poen masih ada perbedaan jang begitoe menjolok mata. Kalaoe perloe saja sebage Inlander bersedia pake tjawat sadja asal poen jang boekan Inlander djoega diwadjibken begitoe. Tentoe sadja sebegitoe lama masih sama2 dalem pendjara.
Menoeroet oendang2 pendjara soeatoe djoernalies jang ditahan atawa dihoekoem seberapa bisa haroes diasingken, djangan boleh tjampoer gaoel dengen orang hoekoeman lain, koeatir kalaoe bisa menghasoed dan sebagenja. Betapa berat adanja hoekoeman “isolatie” begitoe pembatja bisa bajangankan sendiri. 12 djam dalem krangkengan jang beroepa tempat gelar tikar kita, diloewaskan dengen 12 djam waldengang. Boeat lewatkan tempo tiap pagi kalaoe si Gareng (nama sebenernjna ada klooster, opzichter kita) soedah boeka pintoe sel saja, saja golongan di roedji bagean atas wandelgang dan moelai latihan ala tarzan. Kamoedian dilandjoetken dengen lari 25 kali poeterin wandelgang. Baroe sarapan nasi merah dan garem. Setelah itoe tjoetji pakean dibagean depan dari sel saja. Lantas mandi pake saboen segala, sebab tiap minggoe kita terima sepotong saboen tjoetji oentoek pakean satoe minggoe lamanja. Itoe anak Makasar, jang tadinja menangis sadja, sekarang soedah berobah djadi normal; tiap pagi mendjadi djoeroe toelis dikantor pendjara. Enak djoega boekan? Sedang saja sendiri? Saja diberiken soerat-kabar jang soedah basi 2 boelan atawa boleh batja boekoe2 boeat anak2 seperti Dik Trom, Hein Stav east, Mustang, het wonder paard van Winnetou dll. Tetapi sering djoega saja masih bisa toelis boeat “Soeara Poeblik” jang mana bisa sampe di medja redaksi di djalan Gresik via saloeran gelap. Oempama di taon 1925 komedi stamboel “Miss Riboet” sangat terkenal di Soerabaia dan di lain-lain tempat. Salah satoe njanjian jang paling popoeler saja “pindjam” boeat toelis dongengan saja dalem bahasa Djawa inilah :

Sopo-sopo sing gelem tah dongeni.
Dongenganne djoernalies sing sih di boewi.
Oerip orah, ning jo orah mati, Moong di krangkengi roedji wesi,
Dikoeroeng rino lan wengi, Sebab wani karo kandjeng Goesti......!

Lebih djaoeh dalem dongengan itoe djoega ada diseboet tentang takoetnja Belanda kehilangan nasinja, biar tjoema satoe boetir sadja. “Zit-redaktour” jang kami tantjapkan didepan Landraad boeat pikoel tanggoeng djawab boeat toelisan itoe jang djoega ditoentoet di moeka pengadilan, tjoema bisa terangken, ia beriken artikel itoe pada zitterij, karena “katanja, dibalakang soedah tida ada copienja lagi boeat di zet”. Siapa jang toelis ia tida tahoe; poen tida mengerti apa jang dimaksoedkan oleh penoelisnja. Ia dihoekoem satoe boelan pendjara karena dianggap melanggar artikel karet jang terkenal , 161 bis dan ter. Lain “zitredacteur” jang haroes “Zit” boeat toelisan saja “als ik eens Atjeher was” digandjar satoe taon pendjara. Kalaoe saja sendiri jang mesti tanggoeng djawab, sedikitnja akan meringkoek doea taon...!.

No comments: