Seoea toelisannja Opa kwee soedah pindah ke sini http://tjamboek28.multiply.com/

Friday, September 23, 2005

TONARIGUMICHOH (II)

(II)
Saja tinggal di Rampal Wetan no 27 disebelah saja, di no 29 di roemah podjok dari Wilhelminalaan (sekarang djalan Dr tjipto kalaoe tida salah) ada ditempatkan orang2 Belanda dari roemah miskin jang tadinja terletak di djalan Oro2 Dowo. Diantara marika ada kenalan saja jang tinggal di Djember diantara 1933 sampe achir 1934. Ia ada seorang Belanda Indo dengen istrinja. Namanja Westhoff dan saja doeloenja kenal sebage hoofcomiss dari kantor assistent resident lens di Djember.
Sekarang ia dan istrinja soedah keliatan toea sekali; boleh djadi karna keadaan jang memang sangat menjedihkan. Seringkali saja bantoe ia dengen makanan sederhana menoeroet kekoeatan saja sendiri, karena Westhoff ini bener2 haroes dikasihani. Pensioen tentoe sadja soedah tida dapet lagi. Bantoean oewang poen soedah distop sedari Djepang ambil alih pemerintahan dari tangan Belanda.
Sedih bener kalaoe denger istrinja meratap dengen soeara perlahan....”Meneer Kwee, ik heb zo`n honger” amat lapar katanja. Dan boekan tjoema westhoff sadja, poen orang2 Belanda lain keadaannja djoega pajah, kendati tidak sampe begitoe ngenes seperti si Westhoff. En toch ini Westhoff dan lain2 orang Belanda djoega dalem lingkoengan saja, jang bisa bilang pada saja : .... Meneer Kwee, wilt U zorgdragen dat de Inlanders niet hier komen?.
Tetapi baik tentang hal ini saja toetoerken dibagian pengalaman saja sebagai kepala Roekoen Tetangga di zaman Indonesia soedah njatakan dirinja merdeka dan berdaoelat penoeh.
Di waktoe diantara pendoedoekan pasoekan Djepang dan pemerintah Belanda roepanja didapat persetoedjoean, boeat palang merah Belanda boleh terbang diatas lapangan di Rampal (depan tangsi bataljon 10 dan depan roemah saja djoega) oentoek didjatohkan boengkoesan2 obat dan makanan boeat pendoedoek Belanda jang tinggal disana.
Kota Malang, jang terletak ditanah datar jang tinggi dikelilingi oleh goenoeng2 roepanja dipilih oentoek mendjadi tenpat mengasoh dari Djepang poenja Kaigoen (angkatan laoet). Karena disana banjak sekali laskar jang masoek bagian terseboet.
Pada soeatoe hari oleh pamilie jang tinggal dikota-lama, saja dikasih tahoe bahwa pekarangan depan roemah, jang memang rada loeas djoega, diminta oleh Kaigoen oentoek digoenaken sebage tempat menimboen barang2 keperloean marika. Di zaman itoe permintaan begitoe tjoema poenja satoe matjam djawaban, jaitoe meloeloeskannja.
Ketika saja datang disana, dibagian sebelah kiri soedah dipasang tenda2 dari kain dan diatas papan2 jang ditaroh dibawahnja soedah ditoempoek karoeng2, peti2 dan sebagenja. Djoega dibagean kanan. Tetapi tentoe sadja masih terboeka djalanan boeat orang2 roemah masoek keloear dengen leloeasa. Dan haroes diakoei, selamanja menempati pekarangan depan, belon pernah kita alamken ganggoean sedikitpoen dari laskar jang dikemahnja. Belon pernah marika masoek kedalam roemah atawa pergi kepekarangan belakang. Tata tertib marika haroea diakoei ada sanget djempol. Jang mendjadi kepala keseloeroehannja ada seorang opsir angkatan laoet Djepang jang kita kenal dengen seboetan toean “Hirao”.
Persies pangkat apa, ini kita tida tahoe, tetapi dari halnja Hirao itoe, selaloe berkendaraan mobil, dalem mana ia doedoek sendirian di bangkoe belakang, poenja sopir laskar dan pedang samoerainja pandjang amat, bisa didoega jang pangkatnja Hirao ada tinggi. Menoeroet katanja. Dan pedang samoerai Hirao tida bisa dibilang pendek.
Hirao ada seorang perwira jang baek sekali, ramah tamah, sopan dan sama sekali tida ada agoengkan dirinja, beoesia 30 taon keatas. Iapoen sering datang di Rampal, dimana kadang2 ada djoega tinggal iboe saja. Teroetama pada iboe ini Hirao berlakoe baek sekali. Ia selaloe bilang, iboe ingatkan pada iboenja sendiri di “Tokyo”, Hirao poen soeka maenkan lagoe2 Djepang di piano. Malah njanjikan njanjian2 anak2 dan demonstrasiken tjara menarinja anak2 di Djepang, selagi ia lontjat, djongkok dan madjoe-mondoer didepan iboe. Dan itoe semoea bikin saja soekar boeat loepakan Hirao.
Ketika Djepang menjerah kalah dan Kaigoen dikoempoelkan di Poedjon (jang rikoegoen, angkatan darat di Dampit) saja dengen naek sepeda pada soeatoe hari berangkat poela ke Poedjon oentoek tjoba ketemoeken Hirao, kendati kalaoe djalanan sepeda haroes ditoetoen. Achir amat menandjak tentoe sadja, toch sampe djoega saja ditempat dimana Kaigoen dikompoelken. Tetapi boekan dibelakang kawat dan sebagenja, hanja satoe bagian dari Poedjon poenja roemah2 digoenakan boeat pengoempoelan terseboet.
Djoega jang djaga seorang Nipon, tjoema soedah tidak pake pakean seragam lagi, hanja pakean preman, seperti kimono, pijama, dan sebagenja.
Ketika saja bertemoe Hirao, ia ketawa liat saja mandi keringet, Hiroe masih tanja djoega bagaimana dengen iboe saja, apa baek? Dan apa kita tida dapat ganggoean dari adanja roemah kita di Rampal jang digoenakan sebage pengoempoelan barang2. Saja djawab, ganggoean sama sekali tida ada; poen barang2 soedah diangkoet pergi oleh pihak jang berkoeasa. Ketika kita berpisahan Hirao masih minta sampekan ia poenja hormat pada iboe dan para pamilie, serta harap satoe waktoe kita bisa saling ketemoe lagi di Tokyo.

No comments: