Seoea toelisannja Opa kwee soedah pindah ke sini http://tjamboek28.multiply.com/

Thursday, October 20, 2005

Iboe (II-TAMAT)


(II)
Sesampenja dihadepan iboe saja berloetoet dan tjioem ia poenja kedoea loetoet. Tida barang satoe perkataan jang dioetjapken olehnja; tjoema matanja sadja jang teroes padang saja dari atas sampe bawah, tiga empat kali tangannja oesap2 kepala goendoel saja , kamoedian dengen gerakan tangan ia soeroeh saja doedoek di bangkoe depan, persis menghadep ia. Iboe tida perhatiken siapa sadja jang berada disekiternja; ia tjoema pandang saja moelai dari kaki ajam sampe pada kepala saja jang goendoel. Ini kepala goendoel memang satoe koeadjiban; ketika ramboet saja mesti di "millimeter" saja sengadja minta ditjoekoer. Ingin tahoe bagaimana rasanja. Sedari ketjil saja soedah tida pernah ditjoekoer goendoel "lagi". (berarti Opa pernah dikoentjir nah.... ketahoean hehe)
Kasoedahannja, batoek pilek sampe satoe minggoe lamanja, boeat hiboerken hatinja, saja toetoerken padanja seriboe satoe tjerita, sampe poen si Gareng jang kebetoelan lewat, saja tjangking sekali. Tetapi semoea itoe tida digoebris oleh iboe; ia poen tida tanja apa2 tapi dari matanja jang teroes mengembeng aer, saja tahoe bagaimana sedih dan perih hatinja waktoe itoe.
Iboe saja ada seorang jang beribadat zonder menganoet agama jang tertentoe. Tiap pagi dan malem ia biasa menghadep langit (Thian) dan memohon ampoen dan pentoendjoek dari Tuhan jang Maha Esa. Kamoedian ia sodja 12x. Saja bisa bajangken bagaimana pengharepannja atas diri saja, sebage anak lelaki jang pertama, jang diharepken bisa mendjadi senderan di hari toeanja; ia selaloe memohon agar saja bisa diparingi pikiran baek dan didjaoehin dari segala perboeatan djahat. Ketika saja diterima sebage moerid dari "Eerste Europese Lagere School di Malang" (satoe hal jang loear biasa boeat taon 1907) girangnja Iboe saja tida ketoeloengan. Ia harep anaknja besok, karena bisa bitjara Belanda aken dapat kadoedoeken jang loemajan dalem pergaoelan hidoep. Ia soedah bajangken satoe waktoe ia aken bisa ramalken anaknja mendjadi "toean Sep" dari satoe kantor dagang Belanda jang besar. Lantas menikah, ia bisa pangkoe tjoetjoenja jang pertama. Bagaimana bahagianja adanja Ia! Tetapi sekarang, itoe semoea impian, itoe semoea pengharepan hilang moesna. Jang ketinggalan, jang ia bisa liat dengen teges, jalah anaknja sebage orang perantean didalem pendjara. Dan jang tida lama lagi aken di "boewang ke Betawi". Dari poentjak boekit jang indah dan permai dibanting djatoh masoek dalem djoerang penoeh loempoer.
Sebisa-bisanja saja tjoba hiboerkan iboe saja dengen bilang, djangan sedih, toch lagi beberapa boelan saja soedah merdeka lagi. Masi sadja iboe tinggal boengkam. Gelas dari katja-matanja keliatan amat boeram karena aer mata. Saban2 ia kepaksa gosok katja itoe dengen goenaken oedjoeng kebajanja, sebab sapoe tangannja basah semoea.
Ketika djam mertamoe soedah habis, kombali saja berloetoet dihadepannja dan merangkoel serta tjioem loetoetnja. Tiga empat kali tangan iboe oesap2 kepala saja, kamoedian dengen tepok poendak saja ia soeroeh saja berlaloe. Sembari menangis sesenggoekan, ia remas2 tangan saja. Ketika saja berlaloe, Iboe masih doedoek di bangkoenja. Sembari teroes awasin anaknja jang sebentar lagi aken hilang dari pemandengannja sebab dialing-alingin oleh tembok gang jang menoedjoe sel saja. Waktoe hendak membiloek, saja berenti dan berpaling kedepan dan lambaiken tangan pada Iboe jang masih doedoek seperti terpakoe di bangkoenja. Ketjintaan soeatoe Iboe memang tida mengenal batas!
(TAMAT)

No comments: