Seoea toelisannja Opa kwee soedah pindah ke sini http://tjamboek28.multiply.com/

Friday, November 25, 2005

Gila Belanda (TAMAT)


INDONESIA RAYA
Kwee Thiam Tjing bertjerita
Gila Belanda
Ja, itoe kalimat betoel, pembatja! Tida2 jangan dibalik, karena itoe boekan maksoed saja. Djika pembatja doega bahwa kebalikan kalimat terseboet, jang dimaksoed oleh saja, sama sadja seperti doegaan soerat2 kabar Belanda di Soerabaia di taon2 1924/1925. saja tida bisa toelis barang satoe baris atawa bitjara sedikit sadja jang menjinggoeng pamarentah Hindia Belanda atawa golongan Belanda, karena mereka akan berdjingkrak dan toeding saja sebage pentjipta dari "haat zaal artikelen" toelisan2 jang kobarkan perasaan bentji-membentji. Padahal sebenernja saja ini mendjoendjoeng Kandjeng Goebernemen dan meloeloe tersoeroeng oleh rasa tjinta saja ingin hoendjoeken kesalahan2nja, teroetama dalem hal menbagi-bagi rakjatnja dalem golongan Nederlanders en niet Nederlander alias Inlanders.
Kapan djoega dalem kitab Indjil ada dibilang : "Dien gijliefhebt, kastijdt gij" siapa jang kamoe tjinta hadjarlah ia. Hadjar dalem arti kasih pengoedjoek dan nasehat tjara bagaimana kesalahan haroes dibikin betoel. Tetapi kastijding saja boekan dihargain sepantasnja, malah sebaliknja saja oleh Kandjeng Goebernemen di hadjar poelang pergi masoek keloear pintoe pendjara.
Dalem keadaan begitoe dan selagi renoengken nasib saja dibelakang roedji besi dari sel saja, kenapa Kandjeng Goebernemen bales ketjintaan saja dengen tjara begini, saja hiboerken diri dengen pikir, terhadep saja Kandjeng Goebernemen bisa djoega goenaken itoe: "Dien Gij liefhebt, kastijdt Gij" does pemerintah Hindia Belanda djoega tjinta dan sajang saja. Dengen perasaan lega bersoekoer saja bisa tidoer njenjak kendati tidoer saja diatas tikar dengen goenaken bantal dengen roempoet kering sebage isi.
Akan kombali pada kalimat toelisan ini, saja maksoed kan dengen gila Belanda jalah orang2 Tionghoa jang begitoe pro segala apa jang berbaoe Belanda, hingga mereka beraksi seolah-olah lebih Belanda dari Belanda nja sendiri.
Da taon 1923 seloeroeh Hindia berpesta berhoeboeng Sri baginda Ratoe Wihelmina doedoek tachta keradjaan genap 25 taon lamanja. Dalem merajakan kedjadian itoe tentoe sadja Malang tida maoe katinggalan. Saja djoega diminta doedoek dalem badan panitia perajaan. Segala jang bisa dipadjang dan dihias semoea tida ada satoe jang ketinggalan.
Pohon waringin jang besar ditengah-tengah aloen-aloen dihiasin dengen bendara Belanda dan pita oranje, digantoengin lampion2 jang diwaktoe malem, dengen penerangannja jang berkelap kelip, kasih pemandengan jang bagoes sekali. Harmonie gedong sositet orang2 Belanda diboeka djoega boeat rakjat jang boekan Belanda satoe hal jang loear biasa istimewanja.
Diantar mereka jang koendjoengin itoe gedong jang biasanja angker boeat mereka, terdapat djoega seorang Tionghoa (dahoeloenja, tetapi di waktoe itoe ia soedah di "heleksetel" dapet gelijkstelling alias djadi Belanda staatblad atawa Belanda anderhalve pop menoeroet istilahnja di waktoe jang datang dengen istri dan anam toedjoeh anak2nja). Dada mereka dihiasin kokar oranje jang loear biasa besarnja hampir mirip sama piring boeat tjangkir. Ia ada toean S.D Tio, seperti jang biasa dibatja di kartjies namanja. Aannemer (pemborong) begitoe diterangken disebelah bawah.
Dan ini kartjies nama toean S.D. tio maen hamboerken ke kiri dan ke kanan, pada siapa sadja jang maoe terima sodoran. Teroetama kalaoe berhadepan dengen belanda totok, adoeh...! manggoetnja sadja soesah boeat di itoeng, saking banjaknja. Pada salah satoe kenalan saja, seorang Belanda jang baroesan dengen manggoet2 djoega disodorin kartjies nama oleh toean S.D. Tio, saja tanja apa ia kenal toean itoe. Dengen angkat poendak dan ketawa itoe kenalan goleng kepalanja.
Ini toean S.D.Tio saja kenal, habis sama2 pendoedoek Malang sih. Tjoema ia memang asalnja dari kampoeng "ba-tjilik". Ia tida terpeladjar poen model tjaranja, tingkah lakoenja, semoea oendjoeken jang ia ini memang asal golongan "ba-tjilik", baba tjilik. Tetapi haroes diakoein ia bisa bekerdja keras dan oelet. Ia djoega djadi pemborong dari djalanan2 dalem kota Malang jang waktoe itoe moelai diaspal. Tjoema ada bedanja aspal di djalanan aloen-aloen dimana terdapet gedong assistent resident boepati sociltet Harmonie, tebelnja boekan maen sampe raskan empoek kaloe orang liwat diwaktoe siang hari, sebab waktoe itoe belon ada aspal beton, tetapi djalanan jang dianggep tida penting alias tida ditinggalin oleh orang2 Eropa, seperti didjalanan Kotalama, dimana saja tinggal aspalnja begitoe tipis sampe batoe kerikilnja pada nondjoel kaloewar.
Ada lagi orang Tionghoa di Malang, jang djoega meledak gila Belanda nja djoesteroe disekitar perajaan djoebileoem terseboet. Moengkin ia harep siapa taoe, dihari besar begitoe barangkali sadja nanti ada ketinggalan bintang ketjil jang bisa hiasin dadanja. Tjilakanja ini meneer namanja djoega Kwee, tetapi masih oentoeng boekan pamili dengen saja. Ia pernah pergi ke Nederland boeat 3 boelan lamanja dan sekembalinja di Malang lagi dengen bangga ia toetoerken apa sadja jang ia pernah liat di negara jang mendjadi idam-idamannja.
In Amsterdam is hroote braan, kata ini nieubakken Hollander jang bisa bilang pada saja, berada di Nederland 3 boelan lamanja, soedah hampir loepa bahasa melajoenja. Maka ia goenakan bahasa Belanda nja bikinan sendiri, waktoe toetoerken saja pasal di Amsterdam ada kebakaran besar, berhoeboeng dengen pesta djoebileom jang djarang ada ini. Si meneer Kwee bikin potongan namanja dari seng tebel, oekoerannja tida koerang dari satoe setengah meter tingginja. Ini tiga letter seni ia soeroeh tantjapken diatas woewoengan roemahnja dengen lebih doeloe diberi tjat letter pertama warna merah, kedoea poetih dan ketiga biroe...! Does dengen djalan ini si gerood-wit-Chinees hendak oendjoeken setianja pada Kandjeng Goebernemen. Ini memang hak masing2 orang.
Pada soeatoe hari saja dari Soerabaia hendak poelang ke Malang dengen menoempang kereta api. Di kelas doea penoempangnja banjak djoega. Disebelah saja ada doedoek seorang dari soekoe Maloekoe. Tetapi jang warna koelitnja loear biasa hitamnja. Dan dideretan laen djoega penoeh dengen penoempeng jang kebanjakan terdiri dari orang2 koelit poetih.
Toean disebelah saja orang Ambon jang saja maksoedken diatas, roepanja senang sekali pasang omong, dalem bahasa Belanda jang kedengerannja lantjar dengen tekoekan soeara hampir sama Belanda totok kalaoe lagi bitjara, ia toetoerken pengalamannja selama di Nederland hampir 3 taon lamanja. Penoetoerannja tjoekoep berharga boeat diperhatiken. Tjoema jang mendjengkelkan saja jalah itoe orang selagi soegoehken tjeritanja, soeka mendadak berdiri tjari perhatian penoempang2 jang laen dengen soeara kedengeran angkoeh bilang: ........."wij blanken" dan boekan tjoema satoe atawa doea kali sadja ia oetaraken itoe kami orang poetih, tetapi atjap kali.
Ketika ia berseroe lagi : "wij blanken" saja tanja padanja : "pardon meneer. Wie zou blanker moeten zijn, U of ik?, seraja saja tarik lengan djas saja keatas.
Njonja Belanda didepan saja ketawa terpingkel-pingkel dan djoega dari laen2 bangkoe ketawa poelang pergi.
"Maafkan toean....! siapa diantara kami jang sekiranja lebih poetih toean atawa saja?
Atas pertanjaan ini si Belanda sepoehan bermoela hendak marah, tetapi liat sikap saja ala... loe tondjok goewa toemboek....! ia ngelewes pergi ke bangkoe di oedjoeng kereta dan doedoek sendirian dengen tampang moeka jang keliatan tjemberoet. Persis seperti anak jang lagi di mandjakan. (TAMAT)

No comments: